Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Jalan-jalan, Hadiah Lebaran Paling Berkesan

8 Juni 2018   13:15 Diperbarui: 8 Juni 2018   13:26 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi otomotif.kompas.com

Saat kecil, hal yang paling dinanti adalah momen Idulfitri. Pasalnya pada hari raya yang selalu ditunggu-tunggu umat muslim seluruh dunia ini, saya tiba-tiba bisa jadi "orang kaya". Saya bisa mendadak punya banyak uang dari saudara dan kerabat. Pakaian dan aksesories pun --dari ujung rambut hingga kaki, baru semua. 

Namun "bonus" yang paling membekas saat momen Idulfitri adalah jalan-jalan berkeliling Bandung-Yogyakarta-Bali bersama keluarga besar. Biasanya kami menggunakan kendaraan roda empat yang memiliki tiga baris tempat duduk. Terkadang hanya menggunakan dua mobil, sesekali lebih. Tergantung berapa banyak yang ikut.

Biasanya kami mulai berangkat untuk menjelajah Bandung, Yogyakarta dan Bali pada hari kedua lebaran. Hari pertama lebaran kami berkunjung ke rumah kakek-nenek di Sukabumi, Jawa Barat, kemudian menginap di sana selama satu malam. Setelah itu kembali ke Bogor, Jawa Barat. 

Saat saya masih sekolah, dari Bogor ke Sukabumi, dapat ditempuh  kurang dari 120 menit dengan menggunakan kendaraan pribadi, terkadang 90 menit juga sudah sampai. Demikian juga waktu tempuh dari Sukabumi ke Bogor. Dulu jalanan masih mulus, pabrik juga belum banyak seperti saat ini.  Banyaknya pabrik yang berderet sepanjang jalan Bogor-Sukabumi sedikit menghambat laju kendaraan, terutama pada waktu-waktu istirahat dan pergantian shift.

Biasanya setelah pulang dari Sukabumi itu kami istirahat, tidur, dan mengecek perlengkapan yang akan di bawa untuk "menjelajah" selama lebih dari satu minggu. Apakah perlengkapan yang sudah kami siapkan sejak Ramadan tersebut sudah lengkap, atau masih ada yang harus ditambahkan.

Malam hari, usai shalat isya, kami memulai perjalanan tersebut. Waktu malam dipilih untuk memulai perjalanan agar tidak terlalu lelah, juga tidak terlalu macet dan panas. Terlebih supaya lebih hemat menggunakan bahan bakar, kami lebih sering tidak menggunakan pendingin udara.

Selain itu, bila perjalanan dimulai pada malam hari, kami para penumpang  yang tidak bertugas menyetir, bisa tertidur pulas. Keluarga yang terjaga biasanya hanya dua orang saja untuk setiap mobil, yakni si sopir utama, dan si sopir cadangan yang juga bertindak sebagai navigator dan duduk di bangku depan.

Makin Berdesakan, Makin Seru

Anak-anak yang ikut pada penjelajahan tersebut biasanya lebih banyak dibanding orang dewasa. Agar semua terangkut, kami si anak-anak biasanya ditempatkan di bagian tempat duduk paling belakang dari setiap mobil. Alasannya biar dekat dengan makanan dan cemilan yang kami bawa untuk bekal.

Namun belakangan saya tahu, alasan utamanya bukan itu. Bila anak-anak ditempatkan dibangku belakang, meski sedikit lebih banyak jumlahnya dari kapasitas tempat duduk, tetap akan cukup. Anak-anak bisa duduk berhimpitan tanpa mengganggu orang dewasa yang duduk dibangku lebih depan.

Selain itu, bangku paling depan dan tengah umumnya lebih nyaman, dibanding bagian belakang. Saat kendaraan melewati jalan bergelombang yang berbatu-batu, atau melintasi polisi tidur yang lumayan tinggi, tidak begitu seterasa bila kita duduk di bangku bagian belakang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun