Mohon tunggu...
Cucu Laelasari
Cucu Laelasari Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mudik Mengurai Rindu tapi tak Bisa Mengurai Macet

1 Juli 2017   21:54 Diperbarui: 1 Juli 2017   22:10 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Mudik sudah menjadi tradisi masyarakat Indonesia, entah kapan dimuainya, yang jelas menjadi tradisi tahunan masyarakat. Masyarakat rela macet-macetan di jalan demi bertemu dengan sanak keluarga di kampung halaman. Mudik menjadi tradisi asik meski perjuangan berat harus dilalului, berjamjam terjebak macet, perjalanan yang dialihkan dan harus menempuh rute yang lebih jaun, baik yang menggunakan mobil pribadi, atau kendaraan roda dua, belum lagi yang menggunakan bis atau kendaraan umum lainnya harus berdesak desakan berebut tempat duduk. Tiket kereta dan tiket pesawat dipesan jauh-jauh hari agar kebagian.

Mudik dilaksanakan beberapa hari menjelang hari raya idul fitri, setelah umat Islam menjalankan puasa sebulan penuh di Bulan Ramadan, pemerintah menyediakan hari libur yang lumayan panjang agar bisa memberi kesempatan pada masyarakat yang mau mudik, bahkan ada yang ditambah dengan cuti agar mudik bisa dilanjutkan liburan ke tempat wisata bersama keluarga, kebetulan bertepatan dengan liburan sekolah juga. Otomatis selain arus mudik, kemacetan diperparah juga dengan ramainya masyarakat yang mengunjungi tempat-tepat wisata.

Mudik disiapkan oleh masyarakat begitu rupa. Mereka berusaha selama sebelas bulan untuk mendapatkan rezeki lebih agar bisa mudik, Alhamdulillah ada yang mendapat THR dari perusahaan, ada rezeki lebih dari usaha-usaha lain, agar bisa berbagi di hari raya. Berbagai makanan disdiakan, baju bagus disiapkan, hadiah dan oleh-oleh untuk keluarga di kampung disiapkan, uang baru dan bagus sengaja dikumpulkan agar bisa berbagi rezeki di kampung, semua wajah bahagia, sumeringah menyambut hari raya ini. Hari raya begitu indah, tidak diiarkan ada orang yang tidak bahagia, yang tidak makan daging di hari raya, nikmat alloh yang begitu besar.

Demikian manisnya mudik di hari raya, tapi alangakah sesaknya ketika melihat mobil yang berjejer berlapis-lapis sepanjang jalan tol, sungguh tak bisa dibayangkan betapa kesalnya berada di dalam mobil dalam keadaan macet yang begitu panjang, tak bisa dibayangkan jika di dalam ada anak yang lapar, ada yang mau ke kamar mandi, cuaca panas, betapa beratnya perjuangan mudik itu. Masyarakat mengurai rindu dengan sanak kelaurga tapi macet belum dapat terurai, ini karena mobil bertambah banyak, entah sampai kapan kondisi ini, mungkin akan tambah parah jika regulasi produksi mobil tidak diatur.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun