Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Darah Panas Inggris, Inilah Aku Pemain Liga Premier

18 Juni 2018   23:58 Diperbarui: 18 Januari 2020   07:43 2347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapten Hari Kane dan Pelatih Gareth Southgate (sumber foto: https://www.fifa.com/worldcup/teams/team)

Tim Inggris empat tahun lalu di Piala Dunia 2014 Brasil gagal total. Pasukan 'Tiga Singa' terluka dan sudah tereliminasi dari turnamen ketika masih ada laga yang akan dimainkan melawan negara Kosta Rika. Dalam dua laga awal, Steven Gerrard Cs, dua kali takluk dari Italia dan Uruguay. Inggris terusir dari Piala Dunia lebih cepat dari Tim Inggris mana pun di masa lalu.

Sejak Tim Inggris 1966, Three Lions di Piala Dunia senantiasa ditandai petualangan dramatis. Selalu saja ada insiden menyakitkan menyertai kegagalan Inggris di turnamen akbar. Adu penalti melekat pada begitu banyak momen kekalahan yang memilukan. Membuat suporter kecewa dan frustrasi dalam waktu yang lama. Bagi Inggris, 52 tahun hingga sekarang bagaikan masa kegelapan.

Pada Piala Dunia 1986 Inggris kalah di perempat final oleh Argentina lewat dua gol ajaib Maradona, dalam duel yang diberi tajuk sebagai laga abad ke-20. Empat tahun kemudian skuad Inggris '90 di Italia, tersingkir oleh Jerman Barat di semifinal melalui adu penalti. 

Publik belum lupa pemain jenaka Paul Gascoigne menangisi nasib Inggris di Turin. Air mata Gazza tersebut menginspirasi banyak pemain top Inggris kemudian hari, seperti Frank Lampard, Paul Scholes, dan Steven Gerrard.

Inggris '98 di Perancis juga kandas lewat drama adu penalti oleh Argentina yang diwarnai insiden kartu merah David Beckham karena drama Diego Simeone. Empat tahun kemudian giliran Brasil memupus harapan Inggris di perempat final lewat gol konyol Ronaldinho ke gawang David Seaman.

Kesialan Inggris berlanjut di perempat final Piala Dunia 2006 setelah dihentikan oleh Portugal, lagi-lagi melalui adu penalti yang juga diwarnai kartu merah bintang tim, Wayne Rooney, dan momen kedipan mata Cristiano Ronaldo. Kemudian di Piala Dunia 2010, Inggris dihajar Jerman 1-4,  yang ditandai drama 'hantu Bloemfontein'. Padahal Inggris 2006 dan 2010 disebut-sebut bermateri pemain level atas, satu generasi terbaik yang pernah dimiliki Three Lions.

****

Tentu bukan sekadar nasib sial saja mengapa Tim Inggris mengalami kegagalan demi kegagalan. Fabio Capello, pelatih senior Italia yang menangani Inggris pada Piala Dunia 2010, mengatakan kepada Gerrad bahwa ia terkejut dengan lemahnya mentalitas tim Inggris. Pemain Inggris dinilainya punya ego yang besar dan bertingkah layaknya anak kecil sepanjang waktu.

Tiap berangkat ke Piala Dunia, Inggris hanya membawa nama besar, tanpa menampilkan sepak bola kelas dunia. Inggris sangat labil dan rentan, tidak mampu melepas tekanan kuat atau terlalu pede. Penampilannya selalu mengecewakan, tidak bergairah, seperti kurang tenaga.

Para pemain yang terpilih dalam skuad telah dikalahkan oleh dirinya sendiri, berlomba menjadi bintang karena perhatian media kepada Tim Inggris selalu menjadi prioritas. Ulah pemain Inggris memang meresahkan. 

Steven Gerrard dalam bukunya My Story, mengungkap, darah panas Inggris sulit dibantah, para pemain lebih suka menjadi bintang, kurang fokus pada sepak bola. Mereka Dikalahkan oleh dirinya sendiri. Kesombongan mendahului kejatuhan, anggota skuad Inggris selalu merasa 'inilah aku, pemain Liga Inggris', kompetisi paling menarik dan paling kompetitif di dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun