[caption id="attachment_164862" align="aligncenter" width="600" caption="Kak Mardiyah, sedang fokus meracik rujak Aceh yang rasanya Maknyozzz..(foto: Masykur A. Baddal)"][/caption] By. Masykur A. Baddal - Berwisata kuliner di Aceh memang tiada akhirnya. Sederetan panganan khas serta penuh misteri terus bermunculan. Dengan berbagai variasi rasa yang sangat memanjakan lidah. Seakan setiap pendatang tiada puasnya untuk terus bertualang, guna mendapatkan panganan khas dari tanah Rencong tersebut. Perbedaan mencolok dari semua jenis kuliner khas bumi Serambi Mekkah adalah, rasanya yang sangat kontras dan berani. Jika dibandingkan dengan panganan yang ada di pulau Jawa. Karena rasa khas dan istimewa itulah, sehingga membuat para pendatang atau wisatawan rela untuk kembali lagi, walaupun hanya untuk sekedar mencicipi panganan istimewa tersebut. [caption id="attachment_164863" align="alignright" width="300" caption="Rujak Ulee Kareng salah satu resto rujak yang menjadi inceran pelanggan (foto: Al-baddal)"]
13309763781154816838
[/caption] Kak Mardiyah, adalah seorang chef khusus Rujak Aceh. Dia dan keluarganya membuka resto khas Rujak Aceh di daerah Ulee Kareng Banda Aceh. Keahlian meracik Rujak Aceh seakan sudah mendarah daging dalam tubuhnya, yang telah menjadi profesi turun temurun keluarga besarnya. Dari pantauan penulis, Rujak Aceh yang di jual di resto Kak Mardiyah tergolong unik, sehingga banyak dikunjungi oleh pelanggan dalam maupun dari luar negeri, khususnya wilayah Asean dan Jepang. Dari pengakuan Kak Mardiyah, ia mampu menjual setiap hari 100 hingga 500 piring Rujak Aceh, dengan harga per porsi Rp. 6000. Keistimewaan rujak hasil racikan Kak Mardiyah terletak pada ramuan bumbunya. Sehingga sensasi kelezatan khas Rujak Aceh terus menari-nari di lidah penikmatnya, walaupun sudah berlalu beberapa saat setelah menikmatinya. Sewaktu penulis mencoba bertanya sekitar rahasia tersebut, dengan senyuman tipis ia mengatakan itu rahasia keluarga, rasanya tidak etis untuk menceritakan hal tersebut. [caption id="attachment_164864" align="alignright" width="300" caption="Ini loh, rujak Aceh yang rasanya selangit itu... (foto: Al-baddal)"]
13309764601618956825
[/caption] Rujak Aceh adalah diantara panganan rakyat yang sangat populer. Hampir di setiap kota Propinsi Aceh ada yang menjualnya. Sehingga jangan heran, hampir semua masyarakat Aceh mampu meracik Rujak Aceh, walaupun dari segi rasa berbeda-beda. Rujak Aceh konon adalah panganan perang. Maksudnya, dalam perang mempertahankan kedaulatan Aceh di masa kejayaan Kerajaan Aceh dulunya. Panganan ini sering menjadi makanan wajib setiap prajurit. Karena tempat keberadaan mereka sering berpindah-pindah dari satu hutan ke hutan yang lain, sehingga untuk mendapatkan panganan standar harian dirasa sangat sulit. Sedangkan di hutan-hutan tempat mereka berada, banyak bertaburan buah-buahan yang beraneka ragam bentuk dan rasanya. Selanjutnya, dengan keahlian seorang juru masak waktu itu, ia mampu meracik menu Rujak Aceh tersebut. Ternyata, setelah dicoba sangat cocok dengan semua lidah. Di samping mampu meningkatkan aktifitas tubuh karena reaksi ramuan seperti cabe rawit dan aneka buah lain-lainnya, seakan membuat tubuh semakin aktif dan tahan terhadap dinginnya malam. Sehingga, sejak saat itulah Rujak Aceh yang sebagian besar bahan dasarnya terdiri dari aneka buah-buahan tersebut, menjadi sangat populer di kalangan masyarakat Aceh. Bagi setiap pendatang yang sedang menginjakkan kakinya di tanah Rencong. Rasanya kurang afdol sebelum menikmati sepiring Rujak Aceh khas, hasil racikan ahlinya. Setelah itu rasakan reaksinya, pasti adrenalin pun semakin terpompa mengajak anda untuk terus beraktifitas. Beraniii...?? Hayyuuuu... Salam