Mohon tunggu...
Humaniora

Kekuasaan Sebagai Berhala

30 Juli 2017   02:07 Diperbarui: 30 Juli 2017   03:51 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kekuasaan Sebagai Berhala


Kekuasaan? ,alangkah manisnya.Dengan kekuasaan yang dipunyai mereka terlihat dan diperlakukan secara terhormat.Banyak insan terbungkuk bungkuk ketika menghadap kepada mereka yang memegang tampuk kekuasaan.Terbungkuk bungkuk ketika menghadap,karena mereka yang datang butuh sesuatu ,bisa saja uang,fasilitas atau mungkin hanya untuk sekedar diajak makan malam.


Kekuasaan membuat insan lain seolah olah takjub mendengar petuah petuah yang disampaikan oleh Tuanku pemegang kuasa.
Kalau Tuanku pemegang kuasa bertitah semuanaya mengangguk angguk tanda setuju.Semuanya yang disampaikan Tuanku pemegang kuasa seperti kebenaran mutlak tidak akan ada yang membantahnya.


Kalau Tuanku pemegang kuasa bercerita dan sebenarnya ceritanya tidak lucu tetapi para pendengar akan tertawa terbahak bahak ,terpingkal pingkal ,seolah olah menunjukkan mereka sangat menikm

ati cerita itu.


Semua para pengikut memuji muji Tuanku pemegang kuasa.Rambutnya yang sudah beruban pun akan disebut sebagai bukti enerjinya banyak habis untuk memikirkan rakyat.


Andainya pakaian yang dikenakannya tidak tepat tetapi para pengikut tetap melontarkan pujian.Mereka berkata " aduuh apapun yang dipakai Tuanku semuanya terlihat selalu cocok.


Entah bau apapun bau minyak wangi yang dipakai Tuanku pemegang kuasa,semua pengikut akan serempak mngatakan " alangkah wanginya parfum yang dipakai Tuanku"


Kalau Tuanku pemegang kuasa bernyanyi di sebuah pesta dengan suaranya yang falz,pengikut akan berkata,pemain kibod yang tidak mampu mengikuti alunan nada dari Tuanku.


Kalau Tuanku pemegang kuasa akan berpi

dato ,semua pengikut sudah bertepuk tangan sebelum Tuanku naik keatas podium padahal mereka belum tahu apa yang akan diucapkan.
Lama kelamaan Tuanku pemegang kuasa pun sangat menikmati kekuasaannya.Dengan berbagai pujian yang dilontarkan secara perlahan terbentuk gambaran pada dirinya bahwa dia adalah orang hebat.Semua orang memuji,mengelu elukan kehadirannya di setiap acara ,semua pengikut yang manggut manggut itu membuat watak Tuanku menjadi berobah.Dia tidak ingin kehilangan kekuasaannya.Segala cara digunakannya agar kekuasaan selalu berada pada genggamannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun