Mohon tunggu...
Marlistya Citraningrum
Marlistya Citraningrum Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerja Millennial

Biasa disapa Citra. Foto dan tulisannya emang agak serius sih ya. Semua foto yang digunakan adalah koleksi pribadi, kecuali bila disebutkan sumbernya. Akun Twitter dan Instagramnya di @mcitraningrum. Kontak: m.citraningrum@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pesona Natuna, Pulau Terdepan Indonesia

2 September 2015   14:17 Diperbarui: 2 September 2015   14:17 2680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Natuna. Ada yang tahu di mana? Atau apa yang terbersit di benak kita ketika mendengar Natuna?

Ikan, pantai, gas alam, atau rebutan dengan China?

Natuna terletak di perairan Laut Cina Selatan, di antara Malaysia dan Kalimantan, berbatasan dekat dengan Vietnam.

Iya, Natuna adalah salah satu pulau terdepan Indonesia. Termasuk dalam gugusan Kepulauan Tudjuh, begitu orang Natuna menyebutnya, Natuna terdiri dari ratusan pulau yang dikenal dengan tiga bagian berdasar pulau terbesarnya: Natuna Utara dengan Pulau Laut, Natuna Tengah dengan Pulau Bunguran, dan Natuna Selatan dengan Pulau Subi dan Serasan. Gugusan Kepulauan Tudjuh sendiri terdiri dari 4 kepulauan: Badas, Tambelan, Natuna, dan Anambas.

Kabupaten Natuna masuk dalam wilayah teritori Provinsi Kepulauan Riau. Sebelum pemekaran, Natuna merupakan sebuah kecamatan yang meliputi banyak pulau, sehingga ada ujar orang lokal, dulu waktu masih jadi satu dengan Riau, kami tak pernah melihat bupati, Mbak. Letak geografisnya yang berada di tengah Laut Cina Selatan memang menghasilkan tantangan tersendiri terkait akses.

Pulau Terdepan Indonesia

Natuna memiliki bandar udara yang berbagai dengan bandar udara TNI Angkatan Udara di Ranai, ibukota kabupaten. Penerbangan menuju Natuna dilayani oleh pesawat komersial yang melewati Batam dengan waktu tempuh sekitar 1 jam 10 menit. Selain jalur udara, kapal perintis dan kapal Pelni yang beroperasi di jalur Jakarta - Pontianak - Surabaya juga ada yang singgah di beberapa pulau di Natuna. 

"Natuna dulu sebenarnya masuk Malaysia, Mbak, lalu setelah kemerdekaan, masuk menjadi bagian dari Indonesia," Pak Aan, penduduk Natuna, bercerita. Menurut sejarah, Natuna dulu merupakan bagian dari Kesultanan Johor di Malaysia. Waktu berlalu, Natuna kemudian menjadi bagian kekuasaan Kesultanan Riau, dan ketika Indonesia mendeklarasikan kemerdekaan, Riau bergabung dengan Indonesia, menjadikan Natuna bagian dari Republik Indonesia. Tak heran, etnis Melayu adalah etnis paling dominan di Natuna. Tentu saja corak Melayunya begitu kental, baik bahasa, jenis makanan, hingga ramah hangatnya penerimaan orang-orang di sana.

Gas Alam dan Ikan

Aset utama Natuna adalah cadangan gas alam (Blok D-Alpha Natuna) yang diekspor ke negara-negara tetangga. Selain gas alam, letaknya di perairan laut lepas membuat Natuna kaya ikan, sangat banyak sehingga memicu banyak kasus illegal fishing di sana. Kebanyakan penduduknya bekerja sebagai nelayan dan petani sayur/palawija. 

Saya justru pertama kali mendengar Natuna ketika sedang mengerjakan video dokumenter mengenai anak buah kapal (ABK) Indonesia yang bekerja di Taiwan. Kepala Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taipei (KDEI Taipei) waktu itu, Bapak Harmen Sembiring, menyebutkan bahwa kurangnya infrastruktur dan fasilitas perikanan yang memadai membuat hasil tangkapan nelayan Indonesia tak bisa maksimal. Melihat potensi Natuna, beliau berpendapat bila di Natuna dibangun pelabuhan dan fasilitas pengolahan ikan yang memadai, hasil tangkapan nelayan Indonesia dapat diawetkan, disimpan, kemudian dijual dengan kondisi dan harga yang lebih tinggi. 

Kekayaan ikan Natuna tercermin dari konsumsi masyarakatnya yang didominasi oleh ikan. Kernas, kue dari sagu dan ikan yang digoreng dan dinikmati dengan sambal merupakan makanan ringan khas Natuna yang cocok dikonsumsi dengan teh atau kopi. Juga tabel mando, pizza ala Natuna yang terbuat juga dari sagu dan ikan, yang dimasak dengan cara dibakar. Olahan ikan lainnya adalah lempar, semacam lemper yang isinya bukan abon, melainkan suwiran ikan. Iya, di Natuna, ikan begitu jamak ditemui, segar-segar pula. Pak Aan bertutur, "Di sini ikan yang usianya lebih dari sehari nggak bakal laku, Mbak, karena yang segar banyak."

Pesisir yang Elok

Bicara soal kepulauan, pasti akan selalu ada obrolan tentang pesisir, juga pantai. Pulau Bunguran Besar, di mana ibukota kabupaten terletak, tentu saja dikelilingi pantai dan tebing. Pantai level tengah kota, tepat di depan penginapan saya tinggal saja seperti ini, di kala matahari terbit. Iya, saya tinggal di penginapan (di Ranai) yang sepelemparan batu saja jaraknya dari pantai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun