Natuna. Ada yang tahu di mana? Atau apa yang terbersit di benak kita ketika mendengar Natuna?
Ikan, pantai, gas alam, atau rebutan dengan China?
Natuna terletak di perairan Laut Cina Selatan, di antara Malaysia dan Kalimantan, berbatasan dekat dengan Vietnam.
Kabupaten Natuna masuk dalam wilayah teritori Provinsi Kepulauan Riau. Sebelum pemekaran, Natuna merupakan sebuah kecamatan yang meliputi banyak pulau, sehingga ada ujar orang lokal, dulu waktu masih jadi satu dengan Riau, kami tak pernah melihat bupati, Mbak. Letak geografisnya yang berada di tengah Laut Cina Selatan memang menghasilkan tantangan tersendiri terkait akses.
Pulau Terdepan Indonesia
"Natuna dulu sebenarnya masuk Malaysia, Mbak, lalu setelah kemerdekaan, masuk menjadi bagian dari Indonesia," Pak Aan, penduduk Natuna, bercerita. Menurut sejarah, Natuna dulu merupakan bagian dari Kesultanan Johor di Malaysia. Waktu berlalu, Natuna kemudian menjadi bagian kekuasaan Kesultanan Riau, dan ketika Indonesia mendeklarasikan kemerdekaan, Riau bergabung dengan Indonesia, menjadikan Natuna bagian dari Republik Indonesia. Tak heran, etnis Melayu adalah etnis paling dominan di Natuna. Tentu saja corak Melayunya begitu kental, baik bahasa, jenis makanan, hingga ramah hangatnya penerimaan orang-orang di sana.
Gas Alam dan Ikan
Aset utama Natuna adalah cadangan gas alam (Blok D-Alpha Natuna) yang diekspor ke negara-negara tetangga. Selain gas alam, letaknya di perairan laut lepas membuat Natuna kaya ikan, sangat banyak sehingga memicu banyak kasus illegal fishing di sana. Kebanyakan penduduknya bekerja sebagai nelayan dan petani sayur/palawija.Â
Saya justru pertama kali mendengar Natuna ketika sedang mengerjakan video dokumenter mengenai anak buah kapal (ABK) Indonesia yang bekerja di Taiwan. Kepala Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taipei (KDEI Taipei) waktu itu, Bapak Harmen Sembiring, menyebutkan bahwa kurangnya infrastruktur dan fasilitas perikanan yang memadai membuat hasil tangkapan nelayan Indonesia tak bisa maksimal. Melihat potensi Natuna, beliau berpendapat bila di Natuna dibangun pelabuhan dan fasilitas pengolahan ikan yang memadai, hasil tangkapan nelayan Indonesia dapat diawetkan, disimpan, kemudian dijual dengan kondisi dan harga yang lebih tinggi.Â
Pesisir yang Elok