Mohon tunggu...
Cindy Laras
Cindy Laras Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Walikota Gila

9 April 2015   14:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:20 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bagi masyarakat Medan kata sambu mungkin tidak asing ditelinga, sebuah tempat dimana sering terjadi transaksi  jual beli baik itu pakaian, sayuran ataupun buah-buahan, pasar ini tergolong lengkap, anda dapat menemui berbagai jenis barang disini. Bagian terdepan ada Medan Mall dan Matahari Dept Store, serta pusat sepatu dan sandal. Masuk kedalam adalah pusat penjualan kain, mulai kain tradisional (songket batak/ulos), kain baju celana, kain batik, kain horden sampai kain dari India Gujarat. Pedagang kain disini juga mendistribusikan kainnya ke wilayah-wilayah lain di Sumut (grosir) sehingga anda akan menemui harga yang sangat murah. Lebih kedalam lagi terdapat pasar untuk bahan-bahan makanan tepatnya dijalan Sutomo berdampingan dengan sebuah tugu dan gedung nasional.

Tempat yang begitu lengkap ini juga menyimpan berbagai masalah seperti  jorok, kumuh, macet, copet dan jauh dari kata nyaman. Hal ini disebabkan semerautnya penataan pajak sambu itu sendiri, dimana para pedagang berjualan di sembarang tempat seperti di trotoar, pinggir jalan bahkan banyaknya Pedagang tradisional  yang tidak memiliki kios mendirikan lapak mereka di tengah jalan yang mengakibatkan jalan sutomo dan sekitarnya menjadi semakin macet dan semeraut.

Saat ini walikota medan yang ke-21 Dzulmi Eldin sedang berusaha untuk mengatasi masalah yang telah lama dihadapi pajak sambu ini dengan sebuah terobosan yang selama ini belum pernah dilakukan, yaitu dengan memindahkan para Pedagang tradisional ke pasar induk Lau Cih kecamatan Medan Tuntungan yang memiliki fasilitas lebih baik. Terobosan ini terbilang berani  karena belum pernah dilakukan oleh walikota-walikota sebelumnya, dan kontroversial karena disaat para pejabat publik lain berusaha menarik simpati masyarakat, Eldin malah melakukan gebrakan yang  notabenenya merusak citra positif dirinya dimata para pedagang, akan tetapi kebijakan tersebut tetap dilakukan karena sangat menguntungkan masyarakat Medan secara luas. Eldin tidak perduli terhadap pencitraan ditengah trend blusukan saat ini dia justru tetap fokus terhadap tugasnya untuk membenahi kota Medan agar menjadi lebih baik.

Atas hal berani dan Kontroversial yang dilakukannya ini Eldin dapat disebut sebagai walikota setengah gila, karena tidak peduli terhadap tudingan miring yang dilontarkan kepadanya tetapi tetap focus bekerja untuk Kota Medan yang lebih baik. Respect untuk walikota Medan Dzulmi Eldin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun