Mohon tunggu...
Christopher lesmana
Christopher lesmana Mohon Tunggu... Atlet - Blogger

Christopherlesmana97@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jejak Tan Malaka dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928

30 Oktober 2020   11:45 Diperbarui: 30 Oktober 2020   11:55 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tan Malaka / Sumber: republika.co.id

                                          28 Oktober menjadi hari yang cukup bersejarah untuk Indonesia. Mengapa? Karena di tanggal tersebut tepatnya di tahun 1928, ratusan pemuda dari berbagai suku dan kalangan yang berbeda berkumpul untuk menyatakan sumpah terhadap kesetiaan, ketaatan dan cita-cita persatuan negeri yang kelak gerakan ini akhirnya terkenal dengan gerakan Sumpah Pemuda.

Dalam gerakan yang diprakasai oleh tokoh-tokoh nasional seperti Sugondo Djojopuspito, R.M.Joko Marsaid, Moh.Yamin, Amir Sjarifuddin, dan Johanes Leimena ini pertama kalinya negara "Indonesia" disebutkan, melalui rumusan kongres Sumpah Pemuda yang ditulis oleh Moh.Yamin dan kemudian dibacakan dalam kongres Sumpah Pemuda tersebut yang berisi "Bertanah Air Satu: Indonesia, Berbangsa Satu: Indonesia, dan Berbahasa satu: Indonesia" yang kelak menjadi cikal bakal dasar terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kelak diwujudkan dalam Proklamasi Kemerdekaan 1945 dan rumusan UUD 1945 tentang wujud "negara Indonesia" melalui peran penting Soekarno sebagai Bapak Proklamator.

Namun, di balik gerakan Sumpah Pemuda yang penuh hingar bingar dan semangat akan kemerdekaan dan persatuan Indonesia tersebut, terdapat satu tokoh yang kelak menjadi dasar dan inspirasi dari semua gerakan akan cita-cita persatuan dan kemerdekaan Indonesia, tokoh tersebut adalah Tan Malaka

Mungkin bagi sebagian besar orang Indonesia, nama dari Tan Malaka ini cukup terlupakan dan tidak banyak yang mengetahui nama dan sepak terjangnya dalam perjuangan Indonesia dalam mewujudkan kemerdekaanya karena semenjak Orde Baru berkuasa, nama Tan Malaka benar-benar "dihapus" dalam pendidikan sejarah Indonesia dari Sekolah Dasar (SD) hingga SMA karena Tan Malaka melibatkan unsur"PKI"-nya dalam sejarah perjalanan perjuanganya dalam membebaskan Indonesia dari penjajahan kolonialisme Belanda.

Ini adalah sebuah hal yang ironis mengingat Tan Malaka sendiri adalah salah satu tokoh yang berperan besar dalam berdirinya Sekolah Rakyat yang menjadi dasar berdirinya sekolah-sekolah SD hingga SMA seperti sekarang ini dan kemudian namanya justru "dibunuh" dan dihilangkan dalam materi pendidikan di sekolah-sekolah yang merupakan warisan dari pemikiranya. 

Tan Malaka adalah tokoh yang menjadi penggagas akan wujud dan bentuk dari negara Republik Indonesia melalui pikiran dan tulisanya. Semua gagasan, pikiran dan cita-cita terbentuknya negara Republik Indonesia dari Tan Malaka sendiri dituangkanya dalam 2 buah buku yang berjudul Naar De Republiek Indonesia (1925) dan Massa Actie (1926) yang keduanya ditulis ketika dirinya berada di pengasingan luar negeri. 

Tan Malaka memang menjadi "musuh" terbesar bagi pemerintahan Kolonial Belanda saat itu karena dianggap membahayakan dan mengancam sang penjajah melalui gagasan perjuanganya. Lalu apa hubungan antara Tan Malaka dengan Sumpah Pemuda?

Tan Malaka memang tidak berada langsung dalam kongres Sumpah Pemuda tahun 1928 yang dilaksanakan di gedung milik pengusaha Tionghoa yang terletak di Jalan Kramat Raya 106 yang berada di Jakarta Pusat. Akan tetapi, prinsip dan isi poin dari berlangsungnya kongres Sumpah Pemuda tersebut yang menekankan terbentuknya "Negara Indonesia yang berdaulat dan bersatu melalui satu nusa,satu bangsa, dan satu bahasa." 

Sangat jelas sekali terinspirasi dari 2 buah buku yang berisi tulisan dan gagasan Tan Malaka tersebut yang berisi tentang cita-cita terbentuknya negara Republik Indonesia yang merdeka secara mutlak melalui perjuangan pelajar, buruh, dan santri serta elemen rakyat lainya untuk membebaskan Indonesia dari penjajahan kolonialisme Belanda. 

Bahkan Wage Rudolf Supratman, yang pertama kali memperkenalkan dan memainkan lagu Indonesia Raya dalam kongres Sumpah Pemuda tahun 1928 tersebut, terinspirasi dari bagian akhir buku Massa Actie. W.R. Supratman memasukkan kalimat ”Indonesia tanah tumpah darahku” ke dalam lagu Indonesia Raya setelah diilhami bagian akhir dari Massa Actie, pada bab bertajuk ”Khayal Seorang Revolusioner”. Di situ Tan antara lain menulis, ”Di muka barisan laskar, itulah tempatmu berdiri…. Kewajiban seorang yang tahu kewajiban putra tumpah darahnya.”

Pada akhirnya, Tan Malaka sendiri memang tidak bisa melihat wujud Republik Indonesia yang selama ini telah digagasnya melalui pemikiranya setelah harus merenggut nyawa di tangan prajuritnya sendiri. Akan tetapi, jasa besar Tan Malaka dan juga pengaruhnya terhadap tokoh-tokoh Republik tidak bisa dilupakan begitu saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun