Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Roro Mendut (Bagian 5)

27 Agustus 2017   17:09 Diperbarui: 28 Agustus 2017   23:58 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : Info Paling Cucok

Dari sebuah rumah nan asri dibilangan Kebayoran Baru itu, tiba-tiba terdengar sebuah teriakan kuat memecah keheningan pagi di teras belakang rumah mewah itu. Teriakan itu berasal dari pak Raharja, sang pejabat tinggi yang dua bulan lalu memesan patung Roro Mendut dari Krisna. Setelah waktu yang dijanjikan tiba, dia pun menerima patung tersebut, tetapi ternyata patung tersebut adalah palsu. Palsu karena tidak dapat "di isi" dengan jimat andalan yang sangat diperlukan sang pejabat untuk keperluan mengikuti Pilkada yang sudah mendekat!

Sebelumnya pejabat ini sudah pernah menduduki beberapa jabatan penting di negeri ini. Mulai dari jabatan setingkat menteri, maupun setingkat gubernur. Namun periodenya sudah habis dan tak mungkin lagi untuk menduduki posisi tersebut. Kata orang umur boleh tua tetapi semangat harus tetap muda! Itulah sebabnya bulan lalu sang pejabat ini baru saja menikahi mantan simpanannya, agar tetap terlihat muda...

Selain itu, walaupun umurnya sudah senja, sang pejabat ini masih bernafsu untuk tetap menjadi pejabat, walaupun kini harus turun pangkat untuk menjadi seorang bupati. Tak mengapa, yang penting tetap menjadi pejabat dan dielu-elukan oleh banyak masyarakat. Begitulah harapannya...

Menurut para staf ahli bidang sprituilnya, jimat-jimat, mustika maupun keris sakti milik sang pejabat yang sekarang ini, tidak akan mampu lagi untuk menopang ambisi sang pejabat untuk mengikuti Pilkada berikutnya. Selain faktor umur, para pesaing juga ternyata memiliki jimat-jimat yang tak kalah saktinya dengan milik sang pejabat. "Tuyul-tuyul" yang dulu mereka impor langsung dari Tiongkok juga, kini terlihat lamban dan bodoh...

Seorang staf mengusulkan agar tuyul yang baru diimpor saja dari Uzbekistan! Tetapi Kepala staf malah mengusulkan memakai barang lokal saja, berupa sosok tokoh dari era ratusan atau ribuan tahun yang lalu, dimana era kolusi dan korupsi belum mewabah seperti sekarang ini, yang ternyata kini sudah merasuki dunia alam gaib, termasuk para tuyul impor juga ....

Setelah menemukan tokoh yang pas dalam wujud Roro Mendut, dan kemudian mbah Ponijan berhasil mendapatkan kayu keramat, para staf ahli bidang sprituil itu lalu bertapa sekali lagi untuk menemukan seorang pengukir yang tepat untuk mewujudkan impian itu. Akhirnya mereka menemukan sosok Krisna untuk mengukir patung Roro Mendut tersebut.

Menurut mbah Ponijan, kesaktian patung Roro Mendut tersebut akan semakin luar biasa apabila setelah upacara ritual pengisian mantra selesai, patung Roro Mendut tersebut kemudian diguyur dengan darah segar dari sang pengukir sendiri yang ternyata masih perjaka itu....

Namun kini rencana tersebut menjadi berantakan! Patung Roro Mendut asli bersama pengukirnya raib entah kemana! Apakah ada orang atau mahluk lain yang menculik mereka, tidak ada yang mengetahuinya. Menurut Imam, sang ajudan, pengukir itu terlalu lugu kalau hendak melarikan diri, dan mengapa juga dia harus melarikan diri.

Slamet yang memberikan patung palsu tersebut sudah dihajar sampai babak belur, dan ternyata dia memang tidak mengerti persoalannya. Sepertinya ada "orang pintar" dibelakang semuanya ini, lalu wajah mbah Tukiran "terlihat" dari asap rokok kretek mbah Ponijan....

Ternyata mbah Tukiran tidak mau bekerja sama dengan mereka. Mbah Tukiran yang bersimpati kepada Krisna, malah semakin mengaburkan pandangan mbah Ponijan dan rekan-rekannya ketika melakukan penerawangan dalam usaha melacak keberadaan Krisna dan Roro Mendut. Mbah Ponijan yang marah lalu mengajak rekan-rekannya untuk mengeroyok mbah Tukiran. Akhirnya mbah Tukiran terjengkang ketika hendak menggosok gigi sambil pipis di dalam kamar mandi rumahnya....

Proses pencarian kini terpaksa bertumpu kepada Imam dan anak buahnya. Mbah Ponijan tidak bisa membantu mencari karena penerawangannya keburu ditutup oleh mbah Tukiran. Walaupun berasal dari Muntilan yang relatif dekat dengan Jogja, ternyata tidak ada yang mengetahui keberadaan keluarga Krisna. Krisna ternyata baru setahun menghuni kios kontrakannya itu. Rumah kontrakannya juga selalu berpindah-pindah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun