Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Doa Seorang Napi (Bagian 1)

8 Agustus 2017   17:32 Diperbarui: 9 Agustus 2017   02:13 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : detikNews

Malam itu Hendra tidak dapat tidur. Pikirannya menerawang kemana-mana dengan hati gelisah. Baru saja kemarin Hendra mendapat pemberitahuan dari Kalapas, bahwa dia akan segera bebas minggu depan. Kalapas lalu memeluknya dengan penuh persahabatan ketika memberitahukan kabar sukacita tersebut. Tapi bagi Hendra itu merupakan sebuah pengusiran. Hendra justru merasa diusir dari rumahnya sendiri!

Sepuluh tahun menjalani masa hukuman disini telah mengubah semuanya. Pola hidup, mind-set, cara makan, berfikir, bahkan semuanya. Hendra sangat nyaman di lapas ini, sebab inilah dunianya. Membayangkan kehidupan diluar sana terasa sangat menakutkan. Hendra tidak tahu bagaimana menjalani hidup di alam bebas sana. Apa yang akan dilakukannya atau berteman dengan siapa. Disini semuanya adalah penjahat, termasuk dirinya, bahkan juga para sipir dan Kalapas sendiri. Tetapi diluar sana, penjahat yang sesungguhnya, jauh lebih banyak dan lebih jahat lagi. Di luar sana banyak "serigala berbulu domba..."

***

Awal ceritanya dimulai sepuluh tahun yang lalu. Ketika itu Hendra berumur 30 tahun, telah menikah, dan mempunyai seorang anak lelaki berumur satu tahun. Hendra bekerja sebagai staf keuangan di sebuah perusahaan swasta nasional. Hampir setahun sebelumnya Hendra mempunyai seorang bos baru, Pak Rudy, Manager Keuangan yang sayang kepada Hendra. Pak Rudy lalu menjadikan Hendra sebagai kepercayaannya dalam mengurusi segala sesuatunya urusan di kantor, termasuk ketika berhubungan dengan para suplier.

 

Selain baik, bosnya juga ternyata suka kelayapan dan "bersenang-senang" dimalam hari dengan para suplier. Dan Hendra tentu saja turut diajak. Terkadang "Big boss Nomor satu," pak James  ikut juga. Rupanya mereka mempunyai hobi yang sama juga dalam hal bersenang-senang. 

"Hen, Big boss senang lho sama kamu, makanya kamu kudu pinter-pinter, siapa tahu tiga tahun lagi kamu udah bisa jadi Manager" bisik pak Rudy pada Hendra sambil melirik Big boss yang lagi asik berjoged pada suatu kali mereka dugem di sebuah karaoke.

Biasanya kalau bersenang-senang, mereka itu ditemani oleh beberapa Escort girl. Ada kalanya mereka itu Mahasiswi, Model atau bahkan simpanan para bos. Biasanya kalau ada pak James, dialah yang menentukan arah perjalanan selanjutnya. Kalau dia lagi "senang banget", acara berlanjut ke hotel. Sedangkan kalau hanya dengan pak Rudy saja, maka acaranya jarang tidak akan berlanjut ke hotel. Biasanya acara bersenang-senang juga memakai "drugs" ecstasy dan sabu. 

Hendra sebenarnya tidak suka dan agak takut dengan drugs. Biasanya kalau hanya dengan pak Rudy, dia akan menolaknya dengan halus. Tetapi kalau ada Big boss dia takut menolaknya. Hendra masih ingat ketika pertamakali memakai inex, dia teler seperti orang kesurupan dan terus saja berjoged-joged! Pak James yang sudah dalam keadaan teler, kemudian memeluknya dan mencium keningnya sambil berkata "Rud.. ini nih baru anak buah gue.." teriaknya sambil tertawa terbahak-bahak, perut buncitnya terguncang-guncang menahan tawa melihat Hendra menari seperti "jaran kepang..."

Dalam acara dugem bersama, Hendra selalu ditemani oleh Maya. Maya adalah seorang Model yang cantik dan mantan pemain sinetron. Pak Rudy bilang sewaktu Maya dulu masih top, dia pasti tidak akan mau duduk menemani mereka. Tetapi karena dia kebanyakan teler, akhirnya dia kehilangan banyak job sehingga kadang-kadang terpaksa "nyambi" jadi escort supaya bisa teler gratis juga...

Karena pembawaan Maya yang menarik, mereka cepat saja menjadi akrab. Hendra dan Maya akhirnya sering bertelfon dan sesekali makan siang bersama. Kelihatannya Hendra mulai jatuh cinta kepada Maya. Maya ternyata tahu banyak mengenai drugs dan peredarannya. Hal itu membuat Hendra terkaget-kaget ketika mengetahui perbedaan harga yang sangat mencolok antara harga jual bandar dengan end-user. Hendra lalu mencoba untuk membuktikannya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun