Mohon tunggu...
Choiron
Choiron Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup seperti pohon. Menyerap sari makanan dan air dari mana saja, dan pada saatnya harus berbuah.

Hanya sebuah botol kosong...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Berteman di Kompasiana Saja Tidak Cukup

4 Agustus 2012   17:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:15 1168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah SMS masuk ke HP jadul saya sabtu pagi (4/8) yang menanyakan jadi tidaknya kopdar sekaligus bukber di Sutos Surabaya. Rupanya SMS tersebut dari Mas Dian yang memang sudah berencana kopdar di Surabaya. Saya jawab 'oke' sebagai persetujuan. Namun sayang Mas Iwan 'bengkellas' yang terlibat rencana kopdar tersebut beberapa hari sebelumnya, tidak bisa ikut karena ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan. Namun Mas Iwan siap kalau minggu depan ada rencana untuk bertemu kembali. Jadilah rencana kopdar di Sutos jam 16.30 bersama saya, Mas Dian dan Mbak Venny. Mbak Venny ini adalah istri Mas Dian yang berprofesi sebagai dokter gigi baik di dunia nyata maupun di kompasiana seperti artikel hati-hati dengan gigi berlubang pada balita anda. Jam 15.30, Mas Dian mengirimkan SMS untuk konfirmasi terakhir. Saat itu saya sedang browsing untuk mencari lokasi Sutos, tempat kopdar. Maklum, walau saya ini sudah lebih 20 tahun di Surabaya, namun tidak semua mall saya ketahui. Maklum, kalau dalam dunia persilatan, saya ini hanya penguasa wilayah Surabaya Timur dan Surabaya Selatan. Sedangkan Sutos atau Surabaya Town Square berada di Surabaya Barat yang jarang dilalui. Dan ini adalah kesempatan pertama saya berkunjung ke Sutos. Saat ini pertumbuhan jumlah mall di Surabaya begitu pesatnya, pertanda ekonomi masyarakat bergerak maju. Hampir tidak pernah saya temui mall yang sepi pengunjung. Sebut saja Galaxy Mall, Delta Plaza, Maspion Square (giant), Royal Plaza, Cito (City of Tomorrow), Pukuwon Trade Centre, Tunjungan Plaza, Jembatan Merah Plaza dan masih banyak lainnya. Saya dan keluarga lebih senang ke Giant Waru, atau sekedar jalan-jalan ke Ramayana Sidoarjo. Jam 16.30 saya sudah sampai di Sutos. Saat saya kontak ternyata Mas Dian dan keluarga sedang berada di jalan. Karena saya dan Mas Dian sebelumnya belum pernah bertemu muka, beliau menanyakan ciri-ciri saya dan ketemua di mana. Saya jawab melalui SMS, "Pokoknya kalau ada pria ganteng baju hitam, celana jeans, sepatu coklat dan nyapa sampean, itu berarti saya mas." Akhirnya Mas Dian memberi informasi agar saya menuggu di Malay Square di lantai 1. Rupanya teman SMA Mbah Venny juga akan bertemu di tempat tersebut. Saat saya sampai di Malay Square, pandangan saya menyapu ke seluruh kursi resto yang terisi oleh beberapa kelompok pengunjung saa. Saya memilih sebuah meja dengan 4 kursi yang berada di depan resto. Tujuannya agar saya bisa kabur dengan mudah bila ternyata Mas Dian tidak jadi datang. Eh enggak ding, biar saya tidak tergoda untuk buka puasa lebih awal karena aroma masakan resto yang menyengat. Baru saja saya duduk dan membuka buku yang saya bawa, dari sudut mata saya tampak seorang pria putih tinggi rambut cepak, menghampiri sambil tersenyum lebar. Ya, pria tersebut adalah Mas Dian yang datang bersama Mbak Venny dan putrinya Luna. Sayapun berdiri dan menyalaminya. Walau menang ganteng dari Mas Dian (menurut versi istri saya, bukan Mbak Venny tentunya), ternyata Mas Dian ini lebih tinggi dari saya beberapa centimeter. Bahu yang bidang membuat Mas Dian menjadi pria yang gagah saat berjalan (ini versi Mbak Venny tentunya). Akhirnya saya, Mas Dian, Mbak Venny, Adik Luna dan keluarga teman dari Mbak Venny menempati meja panjang dekat pintu. Kamipun disibukkan dengan memesan makanan yang akan digunakan untuk berbuka puasa. Maklum, waktu berbuka kurang dari 15 menit. Saya melihat Adik Luna tampak kurang ceria dan ternyata memang sedang flu. Semoga cepat sehat dan ceria ya Dik. Sambil menunggu berbuka dan masakan siap dihidangkan, kami mengobrol banyak hal. Mulai dari seputar kompasiana hingga mengapa Mbak Venny yang dokter gigi menikah dengan Mas Dian yang pakai kawat gigi. Kesimpulan sepihak dan ngawur dari saya sih, memang Mas Dian membutuhkan istri plus dokter gigi khusus untuk merawat giginya... xixixi.... Namun entahlah... yang pasti mereka berdua adalah pasangan dan keluarga yang serasi, hangat dan menyenangkan. Hal itu tampak dari cara bersalaman, kontak mata, senyuman dan guyonan-guyonan khas orang-orang yang memiliki interpersonal skills bagus. Selesai makan, kami semua turun ke lantai dasar untuk sholat maghrib bersama. Musholla di Sutos cukup bagus dan luas. Tempat wudhunya juga bagus dengan kran air yang dipisah antara pria dan wanita. Memang saat ini ada banyak mall atau plaza yang menyediakan musholla representatif sebagai bagian dari penghormatan dan penghargaan pengelola mall terhadap pengunjung yang memang mayoritas muslim. Musholla bagus dan luas juga saya temui saat berbuka puasa bersama di Grand City Surabaya kamis kemarin. Selesai sholat, kami semua naik kembali ke lantai 1 menuju Time Zone untuk mengantarkan anak-anak bermain di sana. Kebetulan putra teman Mbak Venny hobby main game. Sedangkan Adik Luna juga perlu juga bermain yang sesuai dengan usianya. Beruntung ada permainan membuat prakarya dari bahan karet sintetis. Sehingga kegiatan tersebut cukup membuatnya senang. Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Kami memutuskan untuk pulang. Sebelum berpisah, Mbak Venny sempat memberi saya sekotak kue untuk dibawa pulang. Xixixi...  Thanks atas 'BreadTalk'-nya. Jangan sering-sering Mbak Venny, nanti ketagihan roti yummy dan oishi begitu. Saya mengantarkan Mas Dian dan rombongnya eh rombongan ke tempat parkir, sebelum saya pulang untuk menaiki 'kuda tunggangan' saya yang sedang diberi makan rumput oleh petugas parkirnya. Sebelumnya kami sempatkan untuk foto bersama sebagai tanda kami belum sembuh dari penyakit narsis level 5. Saat pamitan, Mas Dian menyatakan bisa datang lagi bila mas Iwan nanti berharap kopdar. Padahal Mas Dian ini juga berencana untuk kopdar dengan kompasianer dari Jogja setelah lebaran. Thanks Mas Dian dan Mbak Venny dan keluarga teman Mbak Venny (Keluarga Mbak Ucha). Dari  Mas Dian dan Mbak Venny yang bersemangat untuk kopdar, saya belajar bahwa berteman di Kompasiana saja tidak cukup. Bertemu di dunia nyata, membuat saya lebih paham bahwa dunia berteman di dunia maya akan lebih indah lagi bila bisa berteman di dunia nyata. Jadi siapa takut kopdar? No, I am not. [caption id="attachment_198187" align="aligncenter" width="600" caption="Salah satu area cafe n resto di Sutos Surabaya"][/caption] [caption id="attachment_198188" align="aligncenter" width="600" caption="Adik Luna, Mbak Venny, Mas Dian dan Saya (DOk.pri)"]

13440982182013698896
13440982182013698896
[/caption] [caption id="attachment_198189" align="aligncenter" width="600" caption="Musholla yang representatif di Sutos (Dok.pri)"]
13440982731508943263
13440982731508943263
[/caption] [caption id="attachment_198190" align="aligncenter" width="600" caption="Kata Luna, "]
1344098336219463382
1344098336219463382
[/caption] [caption id="attachment_198191" align="aligncenter" width="600" caption="Area Time ZOne (Dok.pri)"]
1344098399290342368
1344098399290342368
[/caption] [caption id="attachment_198192" align="aligncenter" width="600" caption="Foto ini sebagai tanda kalau kita masih belum sembuh dari narsis (Dok.pri)"]
1344098436673497097
1344098436673497097
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun