Mohon tunggu...
Choi Fendy
Choi Fendy Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Penulis Muda

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Buku Anas "Tumbal Politik Cikeas"

26 Agustus 2013   18:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:47 1302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1377517433357376758

Mantan ketua umum partai Demokrat, Anas Urbanigrum telah lama ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait kasus hambalang. Namun, salah satu loyalis Anas, Ma'mud Murod Al-Barbasy melihat ada hal lain dari penetapan Anas sebagai tersangka itu. Kata Ma'mud, Anas adalah tumbal dari sebuah kekuatan perpolitikan besar. "Anas itu jadi tumbal politik Cikeas," kata Ma'mud dalam peluncuran buku 'Anas Urbaniungrum Dalam Sorotan Status Facebook. Tumbal Politik Cikeas' di Warung Daun, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (23/8/2013). Ma'mud merupakan penulis buku itu. Buku yang menjelaskan tentang penjegalan-penjegalan Anas. Di antaranya terkait proses status tersangka Anas di KPK, yang menurut Ma'mud adalah sebuah kerja terorganisir dari Cikeas. Ma'mud mengatakan, selama 2,5 tahun menjabat Ketua Umum Partai Demokrat, Anas telah dijadikan "persembahan" politik. Alasannya, Anas adalah orang yang sangat potensial yang memiliki kapasitas dan kualitas sebagai politisi. Lebih lanjut Ma'mud menerangkan, sumber daya yang dimiliki Anas dimanfaatkan luar biasa oleh Partai Demokrat. Yang kemudian dijadikan tumbal politik. "Posisi Anas itu penting, karena dia punya tingkat kecerdasan yang tinggi," ucapnya.

Buku 282 halaman ini juga memuat 28 status yang menyoroti banyak hal, mulai dari proses terpilihnya Anas sebagai Ketua Umum DPP Partai Demokrat, ketersinggunan Ketua Dewan Pembina Susilo Bambang Yudhoyono ketika Anas tetap memutuskan untuk tetap maju sebagai Calon Ketum, tarik ulurnya Edhi Baskoro Yudhoyono atau Ibas sebagai Sekjen, dan loyalitas Anas kepada SBY.

Hal lain yang Ma'mun Murod urai dalam buku itu adalah seputar rapat mejelis tinggi yang membahas tentang penyelamatan partai pemenang pemilihan umum 2009 silam itu. Pada rapat itu Anas secara tegas menolak beberapa poin dan tidak mau membubuhkan tanda tangan, ketegangan politik menjelang Rapat Pimpinan Nasional di Sahid Hotel, soal bersih-bersih loyalis Anas, dan pengibiran atas kuasa Anas. Penulis juga menulis judul menggelitik, "Antara Anas dan Nabi Musa AS". Dalam halaman ini, bahwa ada kesamaan 'status' Anas dan Nabi Musa, yakni sama-sama 'anak pungutan'. Anas 'dipungut' ke Demokrat, namun kehadirannya sebagai Ketua Umum tidak dikehendaki oleh SBY. Sementara Nabi Musa merupakan anak yang dipungut dan dibesarkan di istana Fir'aun. Namun ketika tumbuh besar dan menjadi Nabi, ia menjadi musuh utama Fir'aun. Ma'mun juga mengkritik keras MajalahTEMPO, yang menjadi media penyerang Anas habis-habisan. Ia membandingkan pemberitaanTEMPO terhadap Anas dengan Sri Mulyani Indrawati (SMI) yang diduga terlibat dalam skandal Bank Century. Bahkan, ia menyebutTEMPO sudah bisa dibayar hingga milyaran rupiah asalkan menghancuran nama Anas. Ma'mun menulis, "Sekadarfacebooker tau, seorang Gunawan Muhammad (mbahnya yang punyaTEMPO Group) memang usahanya terselamatkan oleh SMI. Gunawan Muhammad, meski namanya pakai Muhammad seperti Nazaruddin, tapi juga begitu terhadap yang "berbau" Islam, apalagi terhadap 'Islam Politik'." Selain itu, Ma'mun juga berharap agas kasus yang menjerat Anas bisa diselesaikan secara tuntas oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). KPK, kata dia, jangan hanya menyelesaikan kasus kecil-kecil seperti kasus dugaan korupsi impor daging sapi yang menjerat mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Lutfi Hasan Ishaaq. "Hambalang harus segera diselesaikan, jangan hanya selesaikan kasus ecek-ecek seprti kasus LHI, korupsi sapi. Tolong diselesaikan kalau ada sama Demokrat buka saja semua. Jangan takut. SKK migas juga, jangan hanya di BP migas, partai apa saja yang terlibat tidak menggantung, kami lihat supaya Anas diselesaikan secepatnya, KPK jangan berubah jadi Komisi Pencari Kesalahan," katanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun