Mohon tunggu...
Hilal Ardiansyah Putra
Hilal Ardiansyah Putra Mohon Tunggu... -

Pengiat Literasi Kutub Hijau

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Toleransi Beragama dalam Sejarah Islam (Part II)

13 Juni 2017   10:10 Diperbarui: 13 Juni 2017   10:30 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dasar Toleransi dalam Sunnah

Toleransi yang berdiri di atas keadilan dan kebaikan tersebut dilaksanakan oleh Nabi ketika berinteraksi dengan non-muslim yang berdamai dan tidak melakukan permusuhan.

Imam Al-Bukhori dan Muslim meriwayatkan dari Asma binti Abi Bakar bahwa pada masa Rasulallah r, ibunya yang musyrik pernah datang kepadanya. Lalu dia meminta fatwa kepada Rasulalah. Asma bertanya, "Ibuku datang kepadaku dan dia ingin agar aku berbuat baik kepadanya. Apakah aku harus berbuat baik kepadanya?" Beliau menjawab, "Ya, berbuat baiklah kepadanya."

Toleransi tersebut semakin jelas ketika beliau memperlakukan Ahli Kitab, baik Yahudi ataupun Nasrani. Beliau sering mengunjungi mereka. Beliau juga menghormati dan memuliakan mereka. Jika ada di antara mereka yang sakit, beliau menjenguknya. Beliau pun menerima hadiah mereka dan memberi hadiah kepada mereka.

Dalam sirahnya, Ibnu Ishaq menyebutkan,"Ketika rombongan kaum Nasrani Bani Najran datang kepada Rasulallah r di Madinah, mereka menemui beliau di dalam masjid selepas ashar. Mereka masuk masjid dan shalat di sana. Orang-orang pun hendak melarang mereka, namun Nabi berkata, 'biarkan mereka.' Lalu mereka pun shalat dengan menghadap ke arah timur."

Atas kajadian tersebut, Ibnul Qayyim memberikan sebuah komentar yang mengandung muatan fikih. Dia menulis, "Ahli Kitab boleh memasuki masjid dan melaksanakan shalat di masjid serta di hadapan umat Islam. dengan syarat hal tersebut dilakukan jika ada sesuatu sebab dan tidak menjadi kebiasaan."

Di dalam "Al-Amwal," Abu Ubaid menyebutkan sebuah riwayat dari Said bin Al-Musayyib, bahwa Rasulallah r perna mengeluarkan shadaqah kepada keluarga orang Yahudi. Shadaqah tersebut berputar di antara mereka."

Al-Bukhori meriwayatkan dari Anas, bahwa Nabi pernah menjenguk orang Yahudi. Lalu beliau mengajaknya untuk masuk Islam hingga dia masuk Islam. setelah itu, beliau keluar dan bersabda, "Segala puji bagi Allah yang dengan perantaraku telah menyelamatkan dia dari api neraka."

Dalam hadist lain, Al-Bukhori meriwayatkan, bahwa ketika nabi wafat, baju perangnya masih digadaikan kepada orang Yahudi untuk memberi nafkah keluarganya. Padahal, Nabi bisa meminjam kepada para sahabat. Namun ini tidak berarti bahwa para sahabat kikir kepada beliau. Beliau hanya ingin memberikan pelajaran kepada umatnya.

Nabi pun menerima hadiah dari non-muslim. selama beliau menjamin loyalitas mereka, tidak berbuat jahat dan makar, beliau selalu menolong mereka. Baik dalam keadaan damai maupun perang.

Suatu hari jenazah seorang Yahudi lewat di depan Nabi. Lalu beliau berdiri. Para sahabat berkata, "Itu adalah jenazah Yahudi!" Beliau menjawab, "Bukankah dia juga manusia?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun