Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Menyambut Era Baru Bulu Tangkis China Selepas Li Yongbo

12 April 2017   17:25 Diperbarui: 13 April 2017   02:00 1675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Li Yongbo berpose dengan 5 medali emas yang diraih para pemain China di Olimpiade London 2012/AP

Sebuah pukulan bagi bulu tangkis China datang dari Super Series Singapura Open. Bukan tentang para pemain, tetapi sang kepala pelatih, Li Yongbo. Dalam sebuah wawancara dengan media, pria yang kini berusia 54 tahun itu mengisyaratkan akan segera meletakkan jabatan yang dipegangnya selama 24 tahun terakhir.

Lebih dari dua dekade Li dan tim nasional China seperti dua sisi dari sebuah mata uang. Di balik kesuksesan bulu tangkis Negeri Tirai Bambu itu pasti ada Li di belakangnya. Begitu juga sebaliknya. Nama Li semakin bersinar dan dikenal luas berkat sentuhan tangan dingin dalam sistem dan organisasi  yang mewujud prestasi bulu tangkis negara di Asia Timur itu.

Li memang telah menjadi besar sebelum menjadi kepala pelatih tim nasional. Ia adalah spesialis ganda putra, berpasangan dengan Tian Bingyi. Era keperkasaan mereka sejak pertengahan 1980-an hingga awal 1990-an. Deretan gelar internasional berhasil diraih, bersaing dengan pasangan legendaris Korea Selatan Park Joo-bong dan Kim Moon-soo. Selama sekitar delapan tahun kedua pasangan itu bersaing di berbagai panggung bulu tangkis.

Meski begitu Li/Tian setidaknya berhasil mencatatkan beberapa prestasi gemilang seperti dua kali menjadi juara dunia di tahun 1987 dan 1989, “hattrick” All England tahun 1987, 1988 dan 1991 dan beberapa turnamen individu lainnya.

Kontribusi keduanya pada tim nasional juga mewujud tiga gelar Piala Thomas yang diraih secara beruntun, tahun 1986, 1988 dan 1990. Selain itu medali perunggu yang diraih di Olimpiade Barcelona 1992, di mana saat itu Indonesia berhasil membawa sepasang medali emas dari nomor tunggal melalui Alan Budikusuma dan Susi Susanti.

Sebagai pemain, Li terkenal dengan daya refleks, kecepatan dan kekuatan yang mengagumkan. Ketiga keunggulan ini menjadi trisula maut yang membuatnya mampu berpadupadan dengan Tian sebagai pasangan tangguh.

Prestasi sebagai pemain, ditambah kemampuan kepelatihan, membuat Li tidak susah menjawab kepercayaan untuk memimpin armada bulu tangkis negaranya. Tidak hanya mumpuni dalam mentrasfer ilmu, kepribadiannya juga menjadi faktor lain yang membuat anak asuhnya seperti dilecut untuk lekas berprestasi. Salah satunya adalah kewibawaan dan pengaruhnya yang begitu signifikan di tim nasional. Nyaris tidak ada seorang pun, apalagi pemain, yang bisa membantah apalagi melawan kehendaknya. Ia seperti “diktator” yang kuat kuasanya membuat siapa saja menurut tanpa mengeluh, juga sosok berkharisma dengan wibawa dan keandalan yang patut diturut.

Bisa jadi karena besarnya pengaruh Li membuat sejumlah bintang dengan patuh mengikuti arahan untuk membuat lelucon yang tidak lucu di Olimpiade London 2012. Ganda putri unggulan pertama Yu Yang dan Wang Xiaoli misalnya, dengan gampang menurunkan level kualitas mereka, menunjukkan permainan layaknya pasangan yang baru berlatih tepok bulu. Seakan-akan 4.800 penonton di Wembley Arena dan ratusan juta pasang mata di seluruh dunia adalah kawanan manusia lugu yang dengan enteng memahami ketika kok dengan begitu mudah tersangkut di net, atau bulu angsa tak bisa menyeberang dalam posisi sangat ideal.

Dagelan yang juga menyeret dua pasangan Korea Selatan, Jung Kyung-eun dan Kim Ha-na, serta Ha Jung-eun dan Kim Min-jung, serta Greysia Polii dan Meiliana Jauhari dari Indonesia, itu kemudian menjadi skandal besar dalam sejarah bulu tangkis dunia. Ironisnya para pelaku yang menodai sportivitas itu adalah tiga negara yang kebesarannya juga bergantung dari cabang olahraga tersebut. Perilaku memalukan itu lantas mencoreng reputasi mereka dan akan selalu dikenang sampai kapanpun.

Setelah kejadian itu, Li dengan jujur mengakui kesalahannya. Ia mengaku bertanggung jawab dan berutang maaf dari pencinta bulu tangkis China dan penonton televisi China yang telah terluka oleh tontotan tak pantas itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun