Mohon tunggu...
Chappy Hakim
Chappy Hakim Mohon Tunggu... -

Berbagi dan Berteman.

Selanjutnya

Tutup

Money

Banci!

11 November 2011   02:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:49 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam tadi, Metro TV menyelenggarakan sebuah program baru bertajuk Saresehan Anak Negeri bersama para mantan Anggota DPR. Walau terkesan seperti “copy paste” Lawyer Club nya TV One, namun acara ini dikemas dengan lebih apik (kelihatannya). Dengan semangat menggebu-gebu seperti layaknya apa saja yang baru dimulai, saresehan ini didominasi oleh para mantan anggota DPR. Mungkin saja mereka ingin membantu dalam coba memperbaiki “kesan buruk” DPR yang semakin masuk jurang belakangan ini.

Dihadirkan pula banyak tokoh-tokoh lainnya, diluar para mantan anggota Parlemen dan “surprisingly”, diundang pula jajaran mantan Tentara yaitu para mantan “Jenderal” dan “Laksamana”, dan syukur alhamdullillah tidak terlihat hadir mantan “Marsekal”. (mungkin dinilai sebagai tidak pantas masuk dalam kategori anak negeri)

Yang menarik adalah pembicaraan digiring kearah kepemimpinan SBY dengan menampilkan topik “Political Leadership” dan menghadirkan tiga hot issue masing-masing Kasus Century, Surat Palsu MK dan Nazaruddin.

Mengikuti debat berkepanjangan yang diwarnai hujan interupsi yang merepotkan pemandu acara, dan diakhiri dengan sedikit memaksa sampai pada kesimpulan atau rekomendasi sebagai penutup, rasanya seperti peserta lomba lari yang belum mencapai garis finish !

Pada banyak forum diskusi kecil-kecilan membahas masalah yang mirip-mirip dengan saresehan anak negeri ini, saya selalu mengutarakan dan memperoleh pendapat lebih kurang sebagai berikut :


Sejak lama kita telah maklum bahwa bila orang lelaki berkumpul, tunggu saja, cukup sampai dengan tujuh kalimat, mereka pasti akan beralih topik membahas hal-hal yang jorok atau tentang pornografi. Namun perkembangan belakangan ini telah merubah hal tersebut, kini ternyata muncul satu kemajuan? dan perubahan yang sangat drastis. Sekarang ini cukup hanya sampai dengan empat kalimat saja, mereka akan beralih topik, dan anehnya tidak menuju topik pornografi akan tetapi beralih ke topik mengenai kepemimpinan SBY. (Banyak hal terkandung didalamnya, mulai dari ketidak puasan masyarakat luas tentang reshuffle kabinet dengan balada audisi lomba pidato dan fit and proper test sampai dengan tiga topik yang dibahas dalam saresehan anak negeri yaitu Bank Century, Nazaruddin dan Surat Palsu MK. Muaranya, adalah kelambanan dan ketidak tegasan sang Pemimpin. Muara yang akan berakhir kepada lemahnya Leadership dan Manajemen Negeri.)

Nah, ini menunjukkan bahwa memang ada sesuatu yang patut dipertanyakan, ada satu masalah serius di negeri ini yang harus segera ditanggulangi. Ada satu masalah besar yang tengah kita hadapi.

Syahdan, ada seorang Doktor bernama Judith Orasanu Ph.D seorang peneliti dari Ames Research Center, NASA. Dalam salah satu makalahnya dia menekankan satu hal yang sangat menarik sebagai berikut :

“Anda tidak akan pernah mampu untuk memecahkan masalah, kecuali anda sudah harus tahu lebih dahulu bahwa anda memang tengah menghadapai masalah, dan anda harus tahu betul tentang anatomi dari permasalahan yang tengah anda hadapi.”

Mengacu kepada apa yang dikemukakan oleh Dr. Orasanu itu maka akan sia-sialah bila kita menunggu SBY akan cepat memecahkan masalah yang tengah kita hadapi saat ini. Persoalannya adalah belum tentu SBY melihat ada masalah dalam kepemimpinannya. Masalah yang kini menjadi sangat luas disoroti masyarakat dimana-mana.

Apabila kita mau sedikit mendalami akar permasalahan gonjang ganjing ini, maka mungkin ada benarnya juga (tidak sepenuhnya benar) apa yang sering dikemukakan oleh para kader partai Demokrat dalam upayanya membela SBY secara membabi buta. Mereka sering mengatakan bahwa sebabnya adalah SBY tidak bisa bertindak otoriter seperti pemimpin masa lalu. SBY terbelengu dengan sistem Negara yang memang “banci”, dalam arti Parlementer tidak dan Presidensial pun tidak. Hal yang antara lain, katanya merupakan akibat dari penyempurnaan dan amandemen UUD 45 yang setengah hati. Katakanlah, alasan ini dapat diterima, walau dengan banyak catatan. Lalu apa dan bagaimana?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun