Mohon tunggu...
Chalifatus SadiyahMargaretha
Chalifatus SadiyahMargaretha Mohon Tunggu... Penulis - Membaca itu indah

hiduplah seperti orang hidup

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jadi Guru Zaman Sekarang?

4 Juni 2019   05:20 Diperbarui: 4 Juni 2019   05:58 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Apakah kalian dulu sempat mempunyai cita-cita menjadi guru? Ya saya dulu mempunyai cita-cita menjadi guru matematika tetapi setelah saya berpikir lagi menjadi guru sudah gak terlalu diidam-idamkan pada anak jaman sekarang. Anak-anak pelajar sekarang lebih tertarik untuk melakukan kegiatan jual beli atau bisa disebut wirausaha dan mempunyai perusahaan sendiri dari pada memlih guru yang pahlawan tanda jasa tersebut.

Seperti yang pernah dilakukan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan untuk mensurvei tren ini kepada pelajar-pelajar yang akan melakukan kegiatan Ujian Nasional (UN). Dari angket yang disebarkan hanya 11% siswa yang ingin menjadi guru. Angket UN 2019 diisi oleh 512.500 siswa (25,94%) peserta UN berbasis komputer 2019.

Setiap sekolah maksimal 60 siswa mengisi angket. Jumlah sekolah responden adalah 8.549 SMA/MA (40%). Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Kabalitbang) Kemendikbud Totok Suprayitno mengungkapkan, tujuan survey angket yang disebar di sekolah formal salah satunya diarahkan untuk mengetahui cita-cita anak di masa depan.

"Kebanyakan mereka ingin jadi wirausahawan hebat. Yang (ingin jadi) presiden juga ada. Banyak," ujar Totok di Jakarta kemarin. Mantan Atdikbud RI di Washington DC ini menjelaskan, dari total responden angket yang menjawab ingin menjadi guru hanya 11%, sedangkan 89% lainnya menjawab bukan bercita-cita menjadi guru.

Alasan pelajar-pelajar tersebut ingin menjadi guru karena guru memliki tanggung jawab yang besar atau tolak ukur utama untuk pendidikan masa depan yang akan datang. Wow mulia sekali bukan menjadi guru tapi entah daya tarik menjadi guru sangatlah tidak terlalundiliri oleh pelajar-pelajar jaman sekarang.

Dia lantas menuturkan, jika dilihat lagi dari hasil UN siswa yang ingin menjadi guru rata-rata nilai UN mapel Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika capaiannya lebih rendah dibandingkan siswa yang memilih profesi lainnya sebagai cita-cita.


"Intinya, yang ingin menjadi guru bukanlah siswa yang nilai akademisnya terbaik dari seluruh responden. Sebenarnya, lanjut dia, pemerintah sangat berharap seseorang yang menjadi tenaga pendidik adalah siswa-siswi terbaik. Apalagi, saat ini guru yang sudah bersertifikat itu digaji dua kali lipat" ujar totok

Pengamat pendidikan dari Universitas Paramadina Totok Amin Soefijanto menanggapi positif banyaknya siswa yang ingin menjadi pengusaha. Dia menilai bangsa Indonesia saat ini banyak membutuhkan pengusaha sebagai penggerak ekonomi. Adapun mengenai minimnya pelajar yang ingin menjadi guru, menurut dia hal tersebut tidak bisa dipaksa karena profesi guru tidak hanya terkait minat, tetapi kompetensi dan keseriusan hati para calon guru.

Totok berpandangan, rekrutmen guru harus selektif dan hanya lulusan sarjana terbaik yang diterima. Hal ini terutama untuk rekrutmen guru sains, teknologi dan matematika, serta guru produktif di SMK. "Oleh karena itu, jika mau rekrut lulusan terbaik maka harus disiapkan jalur karier yang baik, pengelolaan kerja yang modern dan sistem remunerasi yang profesional," katanya.Peraih The International Alumni Award dari Boston University ini melihat, Indonesia tidak bisa mentah-mentah menyontek rekrutmen guru di Finlandia yang hanya menjaring siswa terbaik saja karena Indonesia memiliki sejarah yang berbeda. Dia menunjuk konsep Tripusat Ki Hajar Dewantara itu yang sebenarnya sangat maju.

Dia menganalisis bahwa hal ini disebabkan profesi guru sudah tidak menarik lagi, terutama secara ekonomi. Menurut dia, meski dijanjikan gaji tinggi, banyak guru yang belum sertifikasi karena harus biaya sendiri. Selain itu, juga antrean mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang begitu panjang. "Harus ada spesial insentif jika mau mendapat calon (guru) terbaik," katanya.

Jadi, profesi tidak terlalu dilirik lagi mememiliki banyak factor salah satunya adalah ekonomi, karena memang guru yang sudah mempunyai sertikasi akan mendapatkan gaji yang tinggi, tetapi guru yang masih belum PNS akan mendapatkan gaji yang belum bisa pantas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun