Mohon tunggu...
Kang Galuh
Kang Galuh Mohon Tunggu... -

Senang mengamati. Mengulik-ngulik hikmah di balik peristiwa. Suka menyambungkan apa-apa yang ngga nyambung. http://kanggaluh.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ingatlah Tugasnya, Lupakan Peringkatnya

26 Februari 2017   14:14 Diperbarui: 26 Februari 2017   14:30 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Podium (sumber: pixabay.com)

Bayangkan situasi pada saat kita bekerja di satu kantor dimana saat itu sedang berlangsung pelatihan tentang prosedur atau teknik baru penyelesaian masalah-masalah yang ada di kantor tersebut. Semua orang terlihat sangat mengerti dan paham dengan materi pelatihan yang diberikan tersebut. Tengok kanan, tengok kiri, semua terlihat manggut-manggut seperti yang paham. Tapi kita tidak. Kita kelihatannya adalah satu-satunya orang yang sama sekali tidak mengerti apa yang disampaikan pada pelatihan tersebut. Tentang isi materi pelatihn itu. Terjebak pada situasi seperti ini, apa yang akan kita lakukan?

Kebanyakan orang, akan menyembunyikan ketidaktahuannya pada situasi di atas. Mereka tidak akan membiarkan orang lain tahu bahwa ia tidak mengerti. Bahwa ia perlu dibantu untuk memahami semuanya. Tidak membiarkan orang lain tahu akan ketidaktahuan kita, dianggap menjadi lebih penting daripada mencari tahu apa yang seharusnya kita pahami. Hal ini hanya karena kita tidak ingin terlihat lebih lemah dibandingkan orang lain. Pandangan orang lain pada kita menjadi lebih penting dibandingkan apa yang seharusnya benar-benar kita perlu ketahui.

Kalau sudah begitu, apa yang menjadi prioritas kita seharusnya pada situasi tersebut? Berpura-pura tahu segalanya? Atau membiarkan orang lain tahu akan ketidaktahuan kita dan bertanya untuk memahami apa yang perlu kita pahami? Lebih penting dimana posisi kita di lingkungan? Atau mencari tahu jawaban yang kita tidak tahu?

Ada analogi menarik mengenai hal ini. Seandainya semua orang lebih mementingkan gaya/posisi/peringkat mereka di lingkungan dibanding dengan substansi, maka tidak ada satu pun yang bisa selesai dikerjakan. Mungkin, kalau setiap orang mementingkan gaya/pandangan orang lain pada mereka dibandingkan dengan substansi, tidak akan pernah ada orang yang bisa pergi ke bulan. Yang ada cuma tiga orang yang terjepit di pintu pesawat luar angkasa karena berlomba-lomba mengungguli yang lain untuk tampil di televisi.

Dan juga, kalau gaya menjadi lebih penting dari substansi, produk-produk yang beredar di pasar mungkin akan menjadi produk-produk yang tidak berfungsi. Tidak bermanfaat. Hanya sekedar buat gaya-gayaan. Itu yang akan terjadi.

Fakta di lapangan, ketika anak-anak kecil mulai belajar di usia-usia awal mereka di sekolah, anak-anak yang kuat dan yang lemah dalam menangkap pelajaran sama-sama mau bertanya pada saat mereka tidak mengerti. Tapi, semakin bertambah usia mereka, dan mereka sudah paham posisi relatif mereka di kelas, siapa yang lebih pintar dan cepat menangkap pelajaran dan siapa yang tidak, anak-anak yang lebih lemah akan enggan bertanya hanya karena mereka takut ketahuan kalau mereka tidak tahu. Mereka kuatir akan mengganggu peringkat sosial mereka di kelas. Tapi ini bisa menghambat proses belajar mereka. Pun begitu dengan kita.

Pelajaran yang bisa ditarik adalah jangan pikirkan siapa lebih unggul dan tidak unggul. Siapa yang menang dan kalah. Tidak usah pedulikan siapa yang terlihat mengerti dan tidak mengerti. Tujuan akhirnya adalah kita tahu apa yang perlu kita tahu. Kita paham apa yang harus kita pahami. Dan tugas bisa kita selesaikan dengan baik. Fokus saja disana. Bukan di peringkat sosial kita di masyarakat, sekolah, ataupun di kantor. Tapi pada keberhasilan memahami apa yang perlu dan menyelesaikan apa yang sedang kita kerjakan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun