Mohon tunggu...
Cecep Gaos
Cecep Gaos Mohon Tunggu... Guru - Guru pecinta literasi

Guru Kota Padi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Guru "Fuzzy Logic" Sang Penumbuh Kreativitas

25 Maret 2017   07:06 Diperbarui: 26 Maret 2017   23:00 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: https://www.google.co.id/search?q=guru+fuzzy+logic&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwi8_aeirfDSAhXDoJQKHYykBJsQ_AUIBigB&biw=1366&bih=662#imgrc=D-GtxnL3KX34rM:

Guru mempunyai peran sentral dalam proses pembelajaran di sekolah. Perannya yang strategis menjadi salah satu faktor keberhasilan pendidikan. Di dalam kelas, guru bukan sekadar sebagai pengajar (teacher) an sich, guru juga merupakan seorang pendidik (educator), pembimbing (mentor), pemasilitasi (facilitator), pengevaluasi (evaluator), pemotivasi (motivator) dan penginspirasi (inspirer).

Di dalam menjalankan peran-perannya tersebut, guru harus mempunyai cara pikir (way of thinking) dan cara tindak (way of action) yang baik, sehingga tujuan pembelajaran dan pendidikan dapat dicapai dengan mudah. Cara pikir dan cara tindak ini harus dimiliki secara seimbang oleh seorang guru. Jika seorang guru hanya memiliki cara pikir yang baik tanpa diimbangi dengan cara tindak yang baik, maka pembelajaran hanya baik di atas kertas. Pun sebaliknya, jika hanya memiliki cara tindak yang baik tanpa diimbangi dengan cara pikir yang baik, maka proses pembelajarannya akan berjalan tanpa arah yang jelas.

Berbicara tentang cara pikir, konsep fuzzy logic (logika fuzzy) nampaknya tepat untuk dimiliki seorang guru dalam melaksanakan fungsi dan perannya. Fuzzy logic pertama kali dicetuskan dan dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh seorang guru besar pada University of California. Fuzzy logic merupakan konsep tentang cara mekanisme pengolahan atau manajemen ketidakpastian. Pertama kali dikembangkan dalam dunia matematika. Fuzzy logic adalah peningkatan dari logika Boolean yang berhadapan dengan konsep kebenaran sebagian. Saat logika klasik menyatakan bahwa segala hal dapat diekspresikan dalam istilah biner (0 atau 1, hitam atau putih, ya atau tidak), logika fuzzy menggantikan kebenaran Boolean dengan tingkat kebenaran (wikipedia).

Konsep fuzzy logic ini bisa dikembangkan dan diaplikasikan ke dalam aspek-aspek lain. Guru -misalnya- dapat menggunakan konsep ini dalam mengembangkan dan menggali kemampuan-kemampuan dan potensi-potensi peserta didik. Penulis menyebutnya sebagai Guru Fuzzy Logic (GFL). GFL adalah guru yang tidak hanya memandang sesuatu secara biner, misalnya hitam atau putih, benar atau salah, ya atau tidak, pintar atau bodoh, dan lain sebagainya. Akan tetapi, GFL memandang segala sesuatu secara lebih bijaksana dan holistik. GFL tidak memandang sesuatu secara sempit dan picik (narrow minded). GFL mengembangkan daya nalar dan daya imajinasinya untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didiknya.

Fuzzy Logic dalam Kurikulum 2013

Kurikulum 2013, yang penerapannya secara bertahap sudah dimulai sejak 2013 lalu, membutuhkan guru-guru fuzzy logic dalam menjalankan proses pembelajaran. Kurikulum 2013 memandang bahwa setiap peserta didik itu unik. Setiap individu peserta didik mempunyai karakreristik dan kemampuan yang berbeda-beda. Dengan demikian mereka harus dikembangkan sesuai dengan karakteristik dan keunikan mereka masing-masing. Biarkan mereka berkembang sesuai dengan kemampuan dan kreativitasnya. Jangan “bunuh’ kreativitas mereka dengan –misalnya- mengatakan “jawaban kamu salah” secara langsung. Biarkan mereka menemukan jawabannya sendiri, yang tentu saja tetap dalam arahan dan bimbingan guru.

GFL sangat memungkinkan untuk menggali dan mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik. Oleh karena itu, konsep-konsep fuzzy logic harus dikembangkan dan dikuasai oleh setiap guru agar Kurikulum 2013 dapat benar-benar dapat diimpelementasikan dengan baik.

 

Penulis:

Cecep Gaos, S.Pd

Guru SD Puri Artha Karawang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun