Mohon tunggu...
Cak Usma
Cak Usma Mohon Tunggu... -

HoM MelOn. Ketua Persaudaraan Profesional Muslim Aswaja http://www.aswajanu.com . Ketua Umum Keluarga Wikusama. Rasulullah aku padamu. Gusdurian.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Konflik Regional di Seputar Indonesia

20 April 2013   08:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:55 1305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13664206381734673197

Memperhatikan beberapa berita belakangan ini, betapa pengungsi Rohingya yang (kebetulan) beragama Islam dianggap sebagai warga liar yang tidak berhak tinggal di wilayah negara Myanmar (Burma) yang mana mayoritas beragama Budha. Agama Budha adalah agama nasional yang mana memiliki pemeluk sebesar 85% dan sekitar 15% adalah umat agama lainnya, termasuk muslim.

Belakangan ini PBB, UNHCR, badan yang menangani pengungsi mengkhawatirkan karena sebentar lagi akan musim hujan besar yang berlangsung di sekitar bulan Mei - September (di Indonesia masih hujan terus sampai saat ini yak?), karena para pengungsi itu tinggal dengan tempat tinggal seadanya, sangat jauh dari semi permanen, karena terbuat dari dedaunan kering dan karung goni, tentu itu akan runtuh oleh hujan, sementara para pengungsi itu banyak tinggal di wilayah rendah yang rentan akan bencana banjir.

Di Thailand, tidak jauh berbeda, di mana mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Budha, setiap pagi dengan mudah kita temui para biksu yang berkeliling dengan pakaian khasnya untuk memberikan doa dan mengajukan derma. Di Thailand Selatan, komunitas pemeluk Islam pun hidup dengan tidak nyaman, sering dikejar-kejar dan bahkan sampai meninggal oleh kekejaman sekelompok umat Budha yang ekstrim. Pemerintah Thailand menyampaikan keperihatinan dan akan berjanji menindak pemeluk agama apapun yang melakukan tindak kejahatan kemanusiaan.

Kedua kasus konflik warga negara di Myanmar dan Thailand yang melibatkan mayoritas agama Budha dengan minoritas Islam yang teraniaya sering dikampanyekan oleh pemerintah resmi kedua negara bahwa itu bukanlah konflik agama, namun konflik kepentingan yang kebetulan keduanya melibatkan pihak mayoritas Budha dan minoritas Islam. Belum ada laporan resmi adanya konflik lain yang melibatkan mayoritas Budha dengan minoritas agama lainnya.

Sementara di sisi lain, China sudah sekitar 10 tahun ini terus mengkampanyekan kepemilikan absolut atas Laut China Selatan dan wilayah-wilayah yang meliputinya, termasuk pulau-pulau kecil di antaranya. Hal ini jelas mengundang konflik antara China dan negara-negar di seputar Laut China Selatan, seperti Vietnam, Philipina, dan Malaysia. Sementara pun China juga terus berkonflik dengan Jepang untuk memperebutkan 2 pulau yang diperkirakan kaya akan sumber mineral alam, belakangan ini China sudah mulai gencar meluncurkan kapal-kapal militer berkedok kapal nelayan untuk memperkuat kedudukannya di 2 pulau tersebut, sesuatu yang mengundang protes pihak Jepang tentunya.

Nun jauh di sana, Amerika secara jelas menyampaikan kekhawatirannya akan hegemoni China dan perairan Laut China Selatan, maka Amerika pun melepas-jangkarkan kapal perang dan mensiagakannya di Australia, sesuatu yang sempat dicurigai oleh pemerintah Indonesia, suatu kecurigaan yang harus dilakukan memang, karena Indonesia sedang ada permasalahan di Papua yang melibatkan banyak perusahaan pertambangan dari Amerika.

Secara tiba-tiba Kesultanan Sulu, sebuah kesultanan Islam besar di era penjelajahan dan penjajahan awal Portugas dan Spanyol, namun di pertengahan abad 20 seolah Kesultanan ini terhempas begitu saja dengan moment Inggris yang menyerahkan wilayah bekas Kesultanan Sulu ke Malaysia dengan perjanjian sewa dan seterusnya. Sebuah pertanyaan menggelitik, mengapa tiba-tiba Kesultanan Sulu menyerang Malaysia, dan sepertinya terlihat dengan jelas militer Malaysia sangat lemah dalam menghadapi pertempuran kecil itu. Sepertinya ada pihak yang memancing keingintahuan seberapa kuat pakta-pertahanan negara persemakmuran Inggris, yang mana Malaysia dan Australia tergabung di dalamnya. Sebuah pakta yang mudah dijumpai, bahwa Malaysia dan Australia memiliki perjanjian, apabila salah satu negara diserang, maka negara satunya akan membantu, artinya bila Malaysia diserang, maka Australia pun akan mengirimkan pasukan untuk menyerangnya, begitu pula sebaliknya. Namun, sepertinya terbukti pakta ini tidak efektif, ataukah karena jumlah pasukan Kesultanan Sulu terhitung sangat kecil?

Agak menjauh sedikit, sejak sekitar 5 tahunan belakangan ini, seorang dosen UIN, Fahmi Basya melalui penelitian yang cukup lama menerbitkan buku sebagai perwujudan kampanye-nya bahwa Borobudur adalah karya Nabi Sulaiman, dan bukan buatan umat Budha yang hanya beberapa abad yang lalu saja, sebagaimana selama ini dipahami umum. Saya sudah membacanya, walaupun secara tekstual mencoba diselaraskan dengan data-data di Qur'an, hal ini mengundang banyak pertanyaan, terutama bila dipertemukan dengan penelitian Santos dan Oppenheimer tentang Atlantik di Indonesia, sementara periode Sulaiman itu disebutkan Qur'an adalah setelah Nuh, dan Nuh sendiri dengan banjir besarnya dianggap sebagai awal perpindahan umat yang mana itu adalah 7.500 tahun SM yang disebabkan meletusnya gunung Krakatau kuno. Di dalam buku Fahmi Basya juga terdapat tulisan yang menggelikan, karena dicampur-adukkan dan mempercayai apa yang dipercayakan akan adanya kejadian besar pada tanggal 12 Desember 2012 kemarin. Adalah lucu, bila penelitian yang dianggap sebagai saintis dihubungkan dengan ramalan umum, dan penelitinya menyatakan kesetujuannya.

Buku Fahmi Basya ini perlu dicermati, karena bila pemahaman masyarakat Islam masih dangkal, maka menganggap bahwa Sulaiman adalah penganut agama Islam Nabi Muhammad Rasulullah yang dengannnya berhak mengakuisisi bangunan Borobudur sebagai bangunan umat Islam. Suatu hal yang tentu mengundang konflik besar dengan penganut agama Budha, hal ini seolah menjadi bandul penyeimbang dengan kasus di Myanmar dan Thailand di atas, karena di Indonesia ini mayoritasnya adalah penganut agama Islam. Sesuatu hal yang saat ini perlu diantisipasi dan dimonitor dengan baik oleh pihak keamanan negara Indonesia. Mengapa? Karena saat ini di Indonesia sudah mulai terjadi 'training' dengan adanya sebagian kecil umat Islam yang secara ekstrim tidak setuju dengan penganut keyakinan lainnya, seperti Ahmadiyah, bahkan juga umat Kristen dengan perobohan gereja.

Diperlukan pendekatan kebudayaan yang bermuatan relijius dalam menebarkan syiar agama sebagai juru damai umat manusia, sehingga dengannya diperlukan komunikasi yang intens serta kesadaran untuk saling menghormati dan mengasihi sebagai saudara sesama manusia dan sesama umat sebangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun