Mohon tunggu...
Cahyawardhani
Cahyawardhani Mohon Tunggu... Analyst di Sektor Energi -

a wanderer. Disclaimer: views expressed in this platform are of my own, and do not necessarily reflect the views of my employer, Shell, or any organization that I am affiliated with. I do not speak on behalf of my employer or any other organization.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Konservasi dan Efisiensi Energi, Cara Paling Murah Untuk Pengembangan Energi Berkelanjutan

28 Agustus 2017   22:58 Diperbarui: 28 Agustus 2017   23:52 9207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebutuhan energi dengan dan tanpa efisiensi energi. Sumber: IEA

Terdapat tiga pilar utama dalam upaya menciptakan pembangunan berkelanjutan dan menanggulangi dampak negatif perubahan iklim, yaitu memastikan adanya akses terhadap energi modern, meningkatkan porsi energi terbarukan dalam bauran energi global, dan yang terakhir adalah meningkatkan efisiensi energi di dunia[1]. Logis saja, dengan adanya akses terhadap energi modern, standar kehidupan masyarakat menjadi lebih tinggi dan lebih layak, mendukung untuk pembangunan manusia yang lebih tinggi. Sedangkan meningkatkan porsi energi terbarukan erat dan langsung kaitannya denagn pengurangan emisi gas rumah kaca yang menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan dan mengancam kelayakan dan ketahanan hidup kita. Lalu poin terakhir, yaitu efisiensi energi – bagaimanakah hubungannya dengan pembangunan berkelanjutan?

Efisiensi energi sendiri dapat diartikan sebagai penggunaan energi yang lebih sedikit untuk mencapai hasil yang sama. Misalnya, pemilihan penggunaan lampu LED dibandingkan dengan lampu pijar – lampu LED merupakan lampu yang paling hemat energi dibanding yang lain karena menggunakan daya (dihitung dalam satuan watt) yang lebih kecil untuk menghasilkan kadar keterangan yang sama. Lampu LED hanya membutuhkan 4 watt untuk menghasilkan keterangan yang sama dengan lampu pijar berdaya 25 watt. Praktis, selama masa hidup lampu tersebut, jumlah listrik yang digunakan akan jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah listrik yang dibutuhkan lampu pijar.

Memahami hal tersebut, dapat kita kembali menyambungkan hubungan efisiensi energi dengan pembangunan berkelanjutan – karena dengan program-program efisiensi energi, jumlah energi yang diperlukan akan berkurang. Jika peningkatan sumber energi terbarukan dalam bauran energi total merubah sisi suplai atau penawaran, “bermain” dengan efisiensi energi merubah sisi permintaan. Jika dilakukan bersama-sama, hal ini tentu akan memastikan keandalan energi untuk masa depan yang berkelanjutan dan lebih baik.

Jangan sepelekan efisiensi energi – menurut International Energy Agency, inisiatif-inisiatif efisiensi energi di tahun 2015 setara dengan menghemat 870 juta barel minyak, 205 juta ton batubara, atau 224 miliar meter kubik gas bumi! Dengan turunnya energi yang dipakai tersebut, emisi gas rumah kaca potensial berkurang sebesar 1,5 giga ton atau sama dengan 13% dari total emisi karbon diokisa dari pembakaran bahan bakar di tahun 2015.

Jika kita lihat grafik perbandingan kebutuhan energi tanpa dan dengan konservasi energi, dapat dilihat bahwa jika tanpa program-program efisiensi energi, kebutuhan energi di negara-negara yang tergabung dalam IEA akan lebih tinggi 12% daripada kebutuhan yang ada sekarang.

Hal lain lagi ialah konservasi energi. Walaupun secara tujuan dan konsep sedikit banyak mirip, konservasi energi juga mencakup perubahan kebiasaan dari pengguna energi. Misalnya, jika kita sudah membeli lampu LED dibanding lampu pijar (yang menunjukkan semangat efisiensi energi), kita juga jangan lupa untuk memiliki kesadaran untuk mematikannya di siang hari agar energi yang dipakai lebih sedikit lagi. Kedua hal ini sangatlah berkaitan dan dibutuhkan dalam mengurangi kebutuhan dan pemakaian energi dari pengguna.

Intensitas dan elastisitas energi

Intensitas energi diartikan sebagai alat ukur efisiensi energi dalam ekonomi suatu bangsa. Intensitas energi dihitung dalam unit energi per unit Produk Domestik Bruto (PDB) – semakin tinggi sebuah indeks intensitas energi berarti semakin banyak biaya yang dibutuhkan untuk merubah energi menjadi PDB atau semakin tingginya kontribusi sektor industri bagi keekonomian negara tersebut.

Sedangkan, elastisitas energi (RUEN 2017) merupakan rasio pertumbuhan konsumsi energi final dengan pertumbuhan PDB pada periode waktu yang sama. Semakin kecil nilainya, semakin efisien pula penggunaan energi negara tersebut dalam mendorong perekonomian – misalnya, elastisitas energi sebesar 0,6 berarti untuk meningkatkan 1% PDB, hanya dibutuhkan 0,6% kenaikan energi tambahan.

Kedua indeks diatas merupakan salah satu tolak ukur yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi energi suatu negara. Pada tahun 2015, menurut RUEN 2017, elastisitas Indonesia masih berada di angka 1,54 – yang berarti dibutuhkan kenaikan energi sebesar 1,54% untuk meningkatkan 1% PDB. Kedepannya, pemerintah telah berkomitmen dan beraspirasi untuk lebih membuat banyak efisiensi energi untuk perekonomian, terlihat dari target yang tertulis dalam RUEN dimana dari tahun ke tahun akan terus turun, terutama dari tahun 2015 hingga tahun 2030.

Aspek “bisnis” dalam konservasidan efisiensi energi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun