Mohon tunggu...
Byron Kaffka
Byron Kaffka Mohon Tunggu... Karyawan -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malam Durhaka

12 Agustus 2017   00:58 Diperbarui: 12 Agustus 2017   02:39 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mom, wanita lajang setengah baya dengan perhiasan dan mantal bulu tersampir di pundaknya yang kadang melorot, menonjolkan pudak dan payudara sintalnya, terlihat mendekat ke meja bar seperti malam-malam lalu, lalu membuat semacam percakapan retoris.

Sambil tersenyum dengan gigi gingsulnya yang bisa dibilang seksi, berkata, "Hehe... susah kalo udah berhubungan dengan kata itu."

"Itu?" Sahutku, mengelap sloki, meracik wine dan menuangkannya buat Mom! Endayani, Mom Yani. Kami akrab sebagai kostumer dan bartender, buat tamu bar perempuan setengah baya ini menghabiskan malamnya, bila sedang penat, katanya BETE!

"Iya Khafka!" Tandas mom, menerima sloki, menegaknya. Suasana lekas mencair, dan ia memang lebih nyaman dipanggil mom olehku. "Poligami Khafka, keknya mom perlu perjanjian pra nikah, atau bakal dipusingkan masalah setelahnya."

"Jangan melihat poligamynya. Tapi ke perjanjian pra nikah yang membawa mudharat kek gitu mom." Sambungku menyela, mengingatkan pembicaraan malam lalu. Wanita sintal ini pernah menerangkan memorandum yang tertuang dalam surat perjanjian pra nikah, mensyaratkan mom tidak memiliki anak.

"Yang artinya lelaki itu mengharapkan mommu ini, steril, Khafka darling!" Tandasnya menjelaskan lebih jauh.

"Kenapa bisa begitu, Mom?" Kataku basa-basi dan sebetulnya tak ingin tahu apa masalah perempuan yang mungkin sedikit teler oleh pengaruh alkohol yang sudah dua sloki di tegaknya secara cepat dan mantap, lalu menaruhnya keras di atas deks, lanjut order sloki berikutnya.

"Iya darling. Kamu malam ini kok jadi kek ustad dech, Khafka!" Dan kami tertawa.

"Di bar jangan ngomong-ngomong ustad mom, entar ada EP-FEI yang lagi oprasi sekitaran sini, kita digerebek, Ha2x!"

Kami tertawa! Lalu tangan lentik berkutek kuku akrilik motif macam di jemari  Mom, menarik selembar kertas A4. Di antara aku dan dia, kertas tersebut ditaruh di atas desk. Mungkin ini surat perjanjian pra nikah yang dimaksud mom. "Lelaki itu udah ada bini, Khafka Darling." Urai Mom, lewat ucapan dan sorot matanya yang mulai lazzy.

"Dia cowok brengsek yang nyuruh mom berbuat kek gini, apa semua demi uang?" Tanyaku padanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun