Mohon tunggu...
Bustamin Wahid
Bustamin Wahid Mohon Tunggu... Administrasi - Nika

Bustamin Wahid ad/ Alumni Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ritus Kecerdasaan Orang Papua

25 Februari 2020   20:28 Diperbarui: 26 Februari 2020   15:45 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lima tahun sudah belajar di Papua, bagian dari cerita telah menjadi guru hidup. Terkadang kepentingan golongan dan kelompok menyeret kita pada ruang subjektifitas dan menghukumi kita,keberpihakan universal yang kita dambakan sirnah dan buram.

Mata dan hati mengangah, semua kebenaran, kebaikan, kebijaksanaan, akan hadir  bertahan diatas permukaan atas dasar kode peradaban yang telah menyejarah.

Data dan metologi terkadang menghukimi kita dari timur, tak lebih-lebih Negara dan keangkuhan kekuasaan menayangkan tentang keterbelakangan, kemiskinan, kebodohan, buta huruf, dll. Haruny Negara memberi cerita tentang kekuatan dan peluang masa depan yang pernah di lakukan dahulu.

Cerita kecerdasan bukan hal baru di Papua, sejarah tua telah mengajari kita tentang, nilai, konsep diri, kanusiaan, kebesaran, ruh dan alam semesta, kesemuaan itu adalah tentang kosmologi manusia Papua.

Suku MOI telah lama dan laten berurusan tentang hal kecerdasaan, ketuhanan, alam dan kemanusiaan. Semua telah dibungkus dengan ritus dan berani menyatakan bahwa manusia unggul dan bertanggung jawab adalah mereka yang lurus dari proses dan sistem panjang yang bernama kambik. Yang kini dibunuh oleh kemoderenan itu sendiri.

Belum lagi proses tafakur alam yang dilakukan oleh orang-orang di Tambrauw, mereka mengenal dengan pendidikam insiasi, wadah itulah kemudian membagi menjadi dua pendidikan fenia meroh (pembelajaran perempuan)  dan Pendidikan mber ion (pembelajaran laki-laki). 

Ritus dan prosesi sakral untuk menjadi manusia unggul dan cerdas tanpa legitimasi Negara adalah satu ihtiar dijalan kesunyian. Semua telah dilalui sejarah dan menjadi cerita peradaban tuah. 

Cerita dan kultur yang sama pasti di miliki semua suku di tanah Papua. Kapan Negera dan kekuasaan hadir dengan kerendahan atas alasan mencari jalan baru epistimologi kecerdasaan manusia. Sehunga kita tak lagi dihukum tentang kebodohan dan buta huruf yang berulang-ualang.

Dua suku, dari Tanah Malamoi hingga Tambrauw memberi kita banyak arti tentang ritus kecerdasan manusia Papua.  Negara hadir untuk belajar dan merumuskan kebijakan. Bukan hanya mengirim punggawa-punggawa melenial duduk gagah diatas podium untuk sebuah alasan pesan seorang bos bernama Presiden.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun