Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menjual Budaya Meraup Rupiah

16 November 2015   09:33 Diperbarui: 16 November 2015   10:14 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Budaya, banyak yang sangsi bekerja dalam bidang tersebut. Kebanyakan mereka mengangap jalur budaya tidak bisa menjanjikan profit atau pemasukan yang setabil dibanding dengan pekerjaan lainnya. Banyak diantara kita budaya hanya sekedar hiburan dan dianggap sambil lalu. Totalitas untuk hal tersebut bagi kebanyakan hanya musim-musiman.

Berbeda dengan penjual obat kuat  seperti gambar diatas, dengan berpakaian adat Dayak dia mencoba meraup peruntungan. 

Asap dupa mengepul dan wanginya merambah kemana-mana, suara pengeras suara yang berenergikan aki motornya yang dilepas dia berteriak-teriak di lapangan parkir pasar Songgolangit. Orang-orang yang sedang belanja dipasar dibuatnya penasaran. Mereka mendekat dan membuat kerumunan di sekitar lapak dadakan ini.

Dengan memakai ikat kepala berhiaskan bulu-bulu binatang, rompi kulit binatang, senjata mirip pedang yang dihias ukiran dan rambut binatang, serta berbagai ajimat dan asesoris barang keramat lainnya.

Suaranya lantang lewat pengeras suara, kata-katanya memakai bahasa Indonesia dengan dengan aksen menggunakan istilah yang terkadang tidak saya mengerti.

Dia menawarkan minyak asli dari pedalaman hutan Kalimantan, minyak yang menjadi andalah orang suku Dayak. Dia taruh minyak tersebut didalam mangkok plastik kecil kecil, dia mempersilahkan orang-orang yang berkerumun untuk mencoba mengoleskan minyak tersebut pada bagian tubuhnya yang sakit.

Saya pun jadi penasaran, minyaknya berbau menyengat (menyegrak) mirip minyak daun cengkeh yang pabriknya deket dengan rumah bapak saya. Namun saya hanya mengamati saja, orang-orang saling berebut untuk mencelupkan tangannya dan mengoles pada bagian tubuh yang sakit.

Seperti ibu yang di atas ini, dia mencelupkan tanganya dan mengoleskan minyak tersebut pada bagian punggung kakinya yang mengalami gatal bertahun-tahun.

"Njajal mas, mbok menowo waras...." katanya medok bahasa Jawanya, mencoba bila saja bisa sembuh.

Sambil menepuk si penjual si ibu ini bicara, "Iki diusuk-usukne thok opo di ombe mas?" tanyanya pada penjual tersebut. Namun si penjual tak juga mau menjawab, dia tepuk lagi sampai 3-4 kali baru si penjual mau menjawab karena semakin siang kerumunan semakin banyak.

"Awakmu opo pengin blokek-an...." jawabnya kesal pada ibu tersebut. Ibu tersebut tersenyum dan terus mengoles-oleskan minyak tersebut pada kakinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun