Mohon tunggu...
Bunga Muda
Bunga Muda Mohon Tunggu... profesional -

simple man - simple stories

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Isu Katolik Vs Protestan dalam Pilgub NTT

1 Mei 2013   16:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:18 3323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13674117621619132474

[caption id="attachment_241054" align="alignnone" width="300" caption="Frans Lebu Raya (kiri) dan Esthon Foenay (foto: Sergap NTT) "][/caption] Mahkamah Konstitusi baru saja menolak gugatan pasangan Ibrahim Agustinus Medah - Emanuel Melkiades Laka Lena. Maka, sesuai jadwal, pemilihan gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) putaran kedua bakal berlangsung pada 23 Mei 2013. Gubernur dan wakil gubernur sekarang, Frans Lebu Raya dan Esthon Foenay, harus head to head. Sama-sama inkumben, baik Frans maupun Esthon sudah pegang kartu soal kekuatan dan kelemahan lawannya. Sangat disayangkan juga pasangan Frans-Esthon yang lima tahun lalu sangat kompak ini harus pecah kongsi. Melihat hasil pilgub NTT putaran pertama, kekuatan Frans Lebu Raya (Katolik, Flores, PDIP) dan Esthon Foenay (Protestan, Timor, Gerindra cs) relatif  seimbang. Frans bukan tokoh yang sangat menonjol meskipun sudah lama berkuasa sejak menjadi wagub NTT era mendiang Piet Tallo. Seandainya Frans sangat kuat, pilgub di provinsi berpenduduk 4,5 juta jiwa ini tak perlu harus dua putaran. Mengapa? Gubernur Frans sudah lama menyusupkan program Anggur Merah di 22 kabupaten yang ada. Kampanye terselubung maupun terang-terangan sudah lama terjadi. Sebagai wagub, nama Esthon pun sangat dikenal penduduk NTT, termasuk di Flores. Hanya saja, start Esthon agak terlambat. Dan, rasanya dalam beberapa bulan terakhir tim sukses Esthon sudah kerja keras untuk mengambil hati masyarakat. Meski statusnya wagub inkumben, bagaimanapun juga Esthon hanya ban serep saja. Decision maker tetaplah Gubernur Frans. Di sinilah keunggulan Esthon sebagai tokoh alternatif yang bisa memberikan warna baru pada pemerintahan di NTT. Ingat, sampai sekarang NTT masih dikenal sebagai provinsi paling minus alias miskin se-Indonesia. Provinsi yang rakyatnya sering paceklik, kekurangan pangan. Provinsi yang rakyatnya paling banyak antre raskin seharga Rp 1.000-2.000 per kilogram. Mampukah Frans dengan Anggur Merah dan Esthon bisa memberi harapan kepada rakyat NTT? Kita tunggu saja. Yang pasti, rakyat sudah sering diberi harapan oleh pejabat-pejabat di daerah, plus politisi, tapi hasilnya masih mengecewakan. Saya baru kembali dari pelosok Lembata, Flores bagian timur. Ternyata, kualitas jalan raya masih sama dengan 20 tahun lalu. Frans dan Esthon, khususnya para tim sukses, harus fokus kampanye program. Yang realistis. Yang bisa dilakukan ketika jagonya sudah jadi gubernur. Bukan masanya lagi kampanye SARA yang mempertentangkan Katolik dan Protestan seperti disebarkan sejumlah oknum akhir-akhir ini. Sebab, pilgub itu memilih kepala daerah NTT, bukan memilih pejabat gereja, uskup, atau ketua sinode. Frans Lebu Raya lima tahun lalu dipilih mayoritas rakyat NTT bukan karena agamanya Katolik, etnis Lamaholot, Adonara Timur, Flores Timur, PDI Perjuangan. Begitu pula Esthon Foenay yang Kristen Protestan, suku Timor, jadi wakil gubernur bukan karena suku atau agamanya. Kami, warga NTT di Pulau Jawa, yang tidak punya hak pilih, dan sudah menjadi penduduk provinsi lain, hanya bisa berdoa semoga hasil pilgub nanti membawa kemajuan yang nyata di kampung halaman. Orang Flores, Sumba, Timor, Alor, Pantar, Komodo, Rinca, Lembata, Adonara, Solor, Sabu, Rote, Raijua... tetap satu! Umat Katolik, Protestan, Pentakosta, Masehi Advent Hari Ketujuh, Karismatik, Bala Keselamatan, Islam... kitong sama-sama Flobamora! Bolelebo.... ita nusa lelebo Bolelebo.... ita nusa lelebo Bae sonde bae... Flobamora lebe bae Bae sonde bae... Flobamora lebe bae Salam Flobamora! CATATAN KAKI: Nusa Tenggara Timur ini provinsi yang punya kekhasan etnoreligius karena populasi penduduk Katolik dan Kristen Protestan (termasuk Pentakosta, Karismatik, Baptis dsb) relatif seimbang. Karena itu, sejak  dulu ada semacam "kesepakatan tidak tertulis" di kalangan elite politik agar gubernur NTT itu gantian Protestan dan Katolik. Jangan Katolik melulu! Atau, jangan Protestan melulu!  Tujuannya untuk menjaga keseimbangan politik dan perasaan warga salah satu agama. Tapi, setelah pemilukada langsung pascareformasi, gubernur-wagub sepenuhnya ditentukan di TPS. Karena itulah, isu Katolik versus Protestan selalu muncul menjelang pemilukada. Ini juga karena kompetisi politik daerah di NTT selalu melibatkan dua kekuatan itu. Provinsi NTT yang berusia 55 tahun (berdiri 20 Desember 1958) punya gubernur yang bergantian Protestan dan Katolik. Gubernur beragama Protestan menjabat 30 tahun, sedangkan yang Katolik menjabat 25 tahun. GUBERNUR NTT SEJAK 1958 SAMPAI 2013 1. Lalamentik (Protestan) 2. El Tari (Protestan) 3. Ben Mboi (Katolik) 4. Hendrik Fernandez  (Katolik) 5. Herman Musakabe (Katolik) 6. Piet Tallo (Protestan) 7. Frans Lebu Raya (Katolik)

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun