Mohon tunggu...
Mawarni
Mawarni Mohon Tunggu... -

:D

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Doa Berbayar

3 Januari 2014   10:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:12 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1388719692903810639

Doa, tentu kita sering melakukannya. Bagi orang yang beragama lagi taat menjalankan perintah Tuhannya pasti akan melakukannya setiap hari bahkan disaat apapun baik itu ketika sedang gembira ataupun sedih. Tak dipungkiri doa merupakan kebutuhan setiap orang.

Doa merupakan bentuk pengakuan kita kepada sang pencipta. Bahwa kita itu amatlah lemah dan tidak punya daya upaya, untuk itu kita memohon kepadaNYA untuk diberikan kekuatan dan perlindungan dalam menjalani kehidupan di muka bumi ini.

Doa juga merupakan wujud bakti kita kepada orang tua baik ketika orang tua kita masih hidup ataupun telah meninggal. Dalam tradisi islam tradisional, tahlillan merupakan wujud dari bakti seorang anak kepada orang tuanya yang telah meninggal dengan cara mendoakan dengan dipimpin oleh seorang Kiai atau Ustad yang diamini oleh orang banyak dan diakhiri dengan sedekah berupa hidangan santap siang atau malam.

Doa bisa kita lakukan sendiri atau minta di doakan oleh orang lain. Banyak alasan kenapa kita meminta di doakan kepada orang lain. Salah satunya karena orang itu mempunyai hati yang lebih bersih dan lebih dekat dan sering beribadah kepada Tuhannya seperti orang alim, kiai dan ustad. Orang orang seperti inilah kita minta di doakan karena doanya sering dikabulkan oleh Tuhan. Permintaan dari orang orang dekat itu lebih sering dikabulkan dari pada permintaan dari orang orang yang jauh.

Kita juga sering menitip doa ketika seorang teman melaksanakan ibadah omrah dan haji. Meminta kepada teman yang berangkat omrah atau Haji ketika berada di depan Kaabah nama kita dipanggil panggil atau di doakan agar bisa mengikuti jejaknya berangkat ke tanah suci Mekkah. Di dalam Islam memang ada beberapa tempat yang mustajab atau doa kita akan dikabulkan kalau kita berdoa ditempat tersebut seperti Baitullah di Mekkah dan Raudah di dalam mesjid Nabawi, Madinah. Di dua tempat itu dikenal dengan kemustajabannya.

Minta di doakan atau titip doa sering kita lakukan tanpa mengeluarkan biaya. Memang ada yang pakai biaya? Ya adalah. Mungkin istilahnya bukan biaya tapi sedekah. Kebetulan rumah aku tidak jauh dari mesjid, setiap hari Jum'at pasti dilaksanakan ibadah sholat Jum'at berjamaah. Sebelum pelaksanaan sholat Jum'at, pengelola mesjid melaporkan keadaan keuangan atau kas mesjid baik itu berupa pemasukan maupun pengeluaran. Pemasukan biasanya berasal dari sumbangan pemerintah, perusahaan swasta dan masyarakat. Sumbangan dari masyarakat ini biasanya disertai permintaan doa untuk orang tua dan handai tolannya yang telah meninggal. Apakah ini termasuk salah satu permintaan doa yang berbayar seperti yang sedang diributkan oleh beberapa media sosial akhir akhir ini? Tak taulah aku.

Beberapa hari belakangan ini dunia pemberitaan kita baik itu cetak maupun digital sedang ramai dengan pemberitaan doa berbayar itu. Dengan mengeluarkan sejumlah uang kita bisa meminta di doa kan apa saja baik itu keselamatan, rejeki maupun jodoh. Yang mana hasil dari uang yang kita bayar untuk doa itu digunakan untuk fakir miskin dan orang orang dhuafa. Banyak yang tidak setuju bahkan menuduh mengkomersilkan agama.

Dalam kehidupan sehari hari kita juga sering menemukan hal yang demikian. Ketika seorang pengemis datang kepada kita untuk meminta sedekah kemudian kita beri sedekah maka pengemis itu mendoakan kita. Tapi sebaliknya, ketika kita tidak memberi, pengemis itu juga tidak mendoakan kita. Istilahnya ada sedekah ada doa. Kita juga sering sowan atau berkunjung ke rumah seorang kiai, ulama atau ustad untuk konsultasi baik itu urusan dunia maupun akhirat. Atau sekedar miminta di doakan, minta air doa untuk kesembuhan dan sebagainya. Dan ketika kita pamitan, kita bersalaman dan didalam tangan kita telah terselip anplop yang berisi uang kepada sang kiai atau ustad. Tentu saja seikhlas dan semampu kita.

Mungkin idenya dari realita yang ada di masyarakat, sehingga ada sekelompok anak anak muda yang peduli pada masyarakat miskin dan kaum dhuafa melakukan gerakan dan menggalang dana dari masyarakat dengan sedekah seribu sehari dengan imbalan berupa doa. Mungkin maksudnya baik tapi caranya yang dinilai kurang benar. Ingin di doakan? Bayar dulu berupa sedekah, mungkin begitu maksudnya.

Gambar: jalanakhirat.wordpress.com
[caption id="attachment_287976" align="alignleft" width="300" caption=""][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun