Mohon tunggu...
Dina Sulistyaningtias
Dina Sulistyaningtias Mohon Tunggu... karyawan swasta -

mom of two, Roker KRL Bogor-Jakarta, blogwalker, oknum @KoplakYoBand bergelar bu kepsek (tanpa nomor punggung 1)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Horror Movie - Koplak Version

26 September 2013   13:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:22 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenernya minggu ini masih euphoria-nya KYB yang habis piknik dari curug di Gunung Bunder kemaren. Saya yakin pembaca disini masih oke aja kalo saya nulis tentang itu, lha wong KYB itu gak ngebosenin kok *iya in aja biar cepet*. Cuman gak enak kalo pada iri liat foto-fotonya, kan saya nambah dosa jadinya. *iya in aja lagi*. Huehehe..sebenernya karena stock poto yahud dari Babeh Helmi belum dirilis aje..

------------- intronya kelamaan Din kayak angkot ngetem ------------------

Ya udin, langsung ke topik. Saya ini penikmat film, genre apa aja suka, dari kartun, drama, action, horror sampe yang semi….. ehm, maksud saya tentang seminar. Seminar seks pastinya *halah balik lagi*. Tapi entah kenapa genre HOROR yang paling saya suka. Sewaktu kecil, di TVRI (iya, saya anak lama, masalah buat loe? *nyolot*) suka nayangin film yang dibintangi mbak Suzanna : Sundel Bolong, Malam 1 Suro de el el. Nonton bareng tetangga atau sodara sambil jejeritan gitu asyik juga ternyata. Sampe sekarang Mbak Suzanna masih jadi Queen of Horror, tak tergantikan.

Masih dari TV di rumah, mulai deh nonton horror barat, The Omen (1976). Mungkin film ini terinspirasi dari sumpah serapah orang Indonesia yang suka bilang “anak setaaaannnn!!!” *yakalee*. Kemudian ada film yang pemeran antagonisnya badut, suka ngebunuh orang. Ternyata film itu judulnya IT (1990). Trus ada lagi, boneka yang harusnya nge-gemesin, menjadi biang horror karena ternyata licik dan bermuka sadis, siapa lagi kalo bukan CHUCKY (Childs Play, 1988). Kalo anak kecil bilang badut dan boneka itu lucu, sejak nonton itu saya bilang mereka itu SEREM. Makanya wahai para orang tua, jangan bawa anak kecil nonton horror sebelum mereka bisa nyetir trus terbang di jalan tol #lah!?

[caption id="attachment_281416" align="aligncenter" width="468" caption="Chucky, si boneka sadis (http://www.notcoming.com/reviews/childsplay)"][/caption]

@@@

Banyak orang yang nonton horror trus tutup mata pake tangan, kalo saya sih mending nutup kuping. Musik scoring yang menghentak emang andalan film horror. Bagi saya, itu jauh lebih ngagetin dari muka serem yang datang tiba-tiba di layar. Lagian kalo takut kan tinggal merem, tangan masih bisa grepe-grepe makan pop corn. Udah bayar mahal-mahal di bioskop masak gak ditonton? Rugi ! *pelit*

Apa asyiknya sih nonton horror? Jangan ditanya. Pernah naik rollercoaster kan? Kalo belum ya pemanasannya main ayunan aja dulu *jauh amat perbandingannya*. Semakin serem dan memacu adrenalin, ada rasa “fun” yang didapat. Tak heran kalo mesin berhenti kita sering bilang “we want more!!we want more!!!..” (numpak rollercoaster opo nonton konser mbak?).

@@@

Karena seringnya nonton, saya jadi apal this-and-that nya film horror. Perhatiin, kenapa pemainnya itu kalo ada suara atau gerakan apa trus malah deketin. Coba kalo dia gak penasaran, pasti gak jadi tuh film horror. Jadi kesimpulannya, KEPO ADALAH KUNCI. Setan itu ibarat cewek yang jinak-jinak merpati. Makin jarang keluar, atau tampilannya ngintip-ngintip, makin bikin tegang penasaran. Kalo terlalu blak-blakan tampilannya dan sering nongol, beuuuh, boro-boro nyeremin, yang ada malah kita bosen dan eneg sendiri.

Film jadul dulu, setannya nongol malem doang. Makanya, kalo scene-nya siang hari, yang nonton lega, trus kalo udah malem, mulai deh deg-degan kumat. Eh tapi itu dulu, saat setannya gak kreatip. Sekarang, mereka tak takut iseng di siang hari. Lihat saja film The Conjuring (2013).

Dari film Conjuring itu pula, ternyata saya menemukan teman seperguruan yang sekarang saya jadikan suhu dan parameter koleksi film horror. Meski tak jadi nobar di film itu, darinya saya tahu, ternyata saya pecinta horror ½ mateng. Film-film jadul horror masterpiece belum saya lalap semua. Jadilah akhir-akhir ini saya marathon nonton horror meski modal nonton di youtube dengan pulsa gretongan hehehe.

Banyak yang bilang, horror Asia lebih nyeremin dari Barat. Bisa jadi sih, karena yang kita lihat horror Asia itu lebih dekat ke keseharian kita. Contoh paling real di film Shutter (2004), setannya nemplok di punggung kita. Sering denger kata “ketempelan” kan? Ya mungkin seperti itulah kira-kira kalo setan nempel di badan kita. Hiiiiiy.

[caption id="attachment_281420" align="alignnone" width="600" caption="Setannya nemplok, Shutter (http://www.fantastique-arts.com/en/nb770-movie-shutter.html)"]

13801771001598252890
13801771001598252890
[/caption]

Ada alesannya juga kenapa film horror Asia sering di-remake sama Hollywood. Ya meskipun hasilnya rata-rata gak sekeren film aslinya, tapi remake film horror itu jauh lebih menantang daripada me-remake film action apalagi drama. Gak seru!

@@@

Trus, apakah saya sepemberani itu sampe suka banget film horror? Ya enggak juga. Saya kalo nonton siang-siang kok. Kan udah saya bilang di atas, saya nonton horror itu CARI KESENANGAN, BUKAN CARI PENYAKIT. Gak lucu kalo saya sakit gara-gara nahan lapar, nahan pipis, nahan nafsu gara-gara ketakutan gak berani keluar kamar di malam hari.

Dokter : “kamu salah makan apa?”

Saya : “saya gak salah makan Dok, saya salah nonton”

----- dan sang dokter keselek stetoskop -----

[caption id="attachment_281422" align="aligncenter" width="482" caption="Ketika Kayako tak lagi menyeramkan (dok. Dina)"]

13801775431786570343
13801775431786570343
[/caption]

@@@

Moral of the story is….film horror yang keren, adalah film yang bikin kita takut sendirian di kamar di malam hari, bukan kayak film horror Indonesia abal-abal jaman sekarang, yaitu film yang bikin kita makin betah di kamar karena asyik sendiri #eh

Budina

Tulisan ini dihantui oleh @KoplakYoBand

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun