Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bisnis Travel

29 April 2017   00:50 Diperbarui: 29 April 2017   01:16 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kondisi industri periklanan yang semakin memburuk membuat beberapa teman banting setir dan mencoba bekerja atau berusaha sendiri di bidang yang lain. Ada yang bisnis restoran, ada yang buka barbershop, coffee shop, ada yang bikin film, pencucian mobil, bengkel, macem-macem deh.

Nah, salah satu temen saya, dulunya Account executive, mencoba peruntungannya di bisnis travel. Temen saya ini namanya Vicky. Dia memilih bisnis itu sesuai dengan gaya hidupnya yang hedonis. Vicky ini bukan orang kaya tapi gaya hidupnya mahal banget sehingga sering banget dia korupsi biaya produksi dengan cara kongkalikong dengan Production House setiap kali ada produksi iklan TV.

Dari dulu dia memang doyan banget jalan-jalan ke luar negeri terus posting foto-fotonya di Instagram buat pamer ke kawan-kawannya. Dia juga suka dugem, mabuk-mabukan dan main cewek. Makanya dia memilih berbisnis travel sambil berharap bisa jalan-jalan sekalian menghasilkan duit.

Tapi sayangnya berbisnis sendiri emang tidak mudah. Belum setahun bisnisnya bangkrut. Dan entah kenapa dia selalu curhat ke saya setiap kali punya masalah. Dan hari itu saya ngebir bareng sama dia di Imbiss Stube, Citos yang letaknya di lantar dasar deket tangga jalan.

“Jadi kenapa bisnis travel lo tutup, Vick?” tanya saya.  

“Tamu gue galak-galak, Bud,” katanya sambil menghisap rokoknya.

“Galak-galak gimana?”

“Iya mereka demanding banget. Cuma perkara sepele aja pada ngomel gak keruan.”

“Perkara apa misalnya?”

“Misalnya mereka komplain kamar hotelnya kecil. ACnya gak dingin, kran airnya kurang deres, anduknya bau, karpetnya lembab, pokoknya semua hal sepele dan gak penting dikomplain. Kan BT gue…”

“Lalu?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun