Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Meneguhkan Komitmen Merawat NKRI

13 Juli 2017   07:25 Diperbarui: 13 Juli 2017   08:49 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
NKRI - http://bhinneka.dutadamai.id

Kenapa kita perlu meneguhkan kembali, untuk berkomitmen merawat NKRI? Pertanyaan ini mungkin mengganjal sebagian dari kita. Bukankah kita lahir dan besar di Indonesia? Sudah semestinya kita akan menjaga negeri ini seperti layaknya rumah kita sendiri. Jika ada debu yang mengotori lantai, tentu akan kita bersihkan setiap hari. Supaya terlihat indah, tentu bisa kita cat, kita kasih taman di depan, atau ornament lain yang membuat kita betah tinggal di rumah. Lalu, apakah ada orang yang tidak mau merawat rumah atau negaranya sendiri?

Mari kita jadikan pertanyaan diatas sebagai ajang introspeksi diri. Sudah kah kita memberikan yang terbaik untuk negeri ini? Jika belum, tidak ada kata terlambat untuk memulainya. Karena negeri ini butuh generasi penerus yang inovatif dan kreatif, tapi sekaligus bisa saling menghargai dan menghormati antar sesama. Hal ini penting agar ilmu pengetahuan bisa bersanding dengan etika. Agar kepandaian bisa bersanding dengan perilaku. Jika pandai tapi perilakunya tidak baik, tentu akan merugikan negeri ini. Karena itulah semuanya harus jalan seiring, antara kepandaian dan perilaku baik.

Meneguhkan komitmen menjadi penting, karena saat ini ada juga pihak-pihak yang tidak ingin merawat NKRI. IRonisnya, mereka adalah warga negara Indonesia sendiri. Hanya karena salah dalam memahami ajaran atau paham, mereka bertindak dengan sesuka hatinya. Mereka merasa dirinya paling benar sendiri dan tidak mau mendengar masukan dari orang lain. Dan yang lebih menyedihkan, mereka juga menganut paham takfiri, yang gemar mengkafirkan orang lain yang berseberangan. Karena takfiri inilah, yang membuat radikalisme dan terorisme terus menyebar ke berbagai negara termasuk Indonesia.

Beberapa waktu lalu, pemerintah menyatakan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sesat dan harus dibubarkan. Alasannya, organisasi ini mempunyai agenda untuk mendirikan kekhilafahan di Indonesia. Padahal kita tahu, Indonesia merupakan negara dengan tingkat keberagaman yang tinggi. Dari Sumatera hingga Papua terdiri dari ribuan pulau. Pulau-pulau tersebut juga banyak terdiri suku-suku, dengan berbagai macam budaya dan adat istiadatnya. Sementara, konsep khilafah yang diusung oleh kelompok radikal, tidak menghendaki adanya keberagaman ini. Lihatlah apa yang terjadi di Suriah dan Mosul, ketika dikuasai ISIS. Semua peradaban hancur, ketika ISIS menerapkan sistem khilafah ini.

Dan faktanya, jaringan ISIS telah ada di Indonesia. Kelompok Jamaah Anshorut Daulah (JAD), akhir-akhir ini begitu masif menebar teror. Mulai dari bom Thamrin awal 2016 lalu, hingga bom kampung melayu sebelum Ramadan yang lalu. Tidak hanya itu, kelompok radikal dan teroris juga masif menebar teror di dunia maya. Propaganda di dunia maya ini, terbukti mampu membuat generasi muda kita terpapar radikalisme, dan berani nekad melakukan tindakan teror. Artinya, tidak hanya jaringan terorisme yang meneror negeri ini, para simpatisan yang baru terpapar pun juga berpotensi melakukan teror. Aksi penusukan terhadap anggota polisi di majid Falatehan, Jakarta Selatan, adalah salah satu buktinya.

Semua elemen masyarakat berpotensi terpapar radikalisme. Dari masyarakat biasa hingga pegawai negeri sipil dan politisi, ada yang terpapar radikalisme. Karena itu, wajar kiranya jika komitmen menjaga NKRI muncul ke permukaan. Mari kita kita kuatkan komitmen pada diri masing-masing, untuk terus menjaga rumah dan negeri ini dari segala ancaman radikalisme dan terorisme. Karena paham kekerasan yang sering mengatasnamakan agama itu, terbukti bisa memecah belah NKRI.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun