Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sumpah Pemuda dan Momentum Melawan Bibit Radikal

29 Oktober 2019   07:29 Diperbarui: 29 Oktober 2019   07:35 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemuda Bersatu - http://blog.unnes.ac.id

28 Oktober seluruh pemuda di Indonesia memperingat hari sumpah pemuda. Ketika itu, para pemuda berikar mengucapkan sumpah bertanah air satu tanah air Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia dan berbahasa satu bahasa Indonesia. Sumpah ini merupakan bentuk semangat persatuan yang digalang para pemuda ketika itu. Semangat persatuan ini ditunjukkan dengan aktifnya organisasi kepemudaan, sampai akhirnya mengarah pada kemerdekaan, yang dibacakan oleh Bung Karno dan Bung Hatta. Semangat persatuan itulah yang kemudian diperingati sebagai hari sumpah pemuda hingga saat ini.

Seiring berkembanganya zaman, para pemuda memang sudah tidak lagi harus ikut dalam pertempuran. Namun semangat pemuda harus dimanfaatkan sesuai dengan perkembangan zaman. Disaat perkembangan teknologi begitu pesat, ternyata juga marak dimanfaatkan untuk penyebaran bibit radikalisme.

Pesan kebencian terus merebak dimana-mana. Provokasi juga seringkali muncul dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi. Semuanya itu nyatanya sengaja dimunculkan, agar para pemuda menjadi korban provokasi, korban hoaks dan akhirnya bisa menjadi simpatisan dan bergabung dengan kelompok radikal.

Mungkin bagi sebagian orang terlihat aneh. Tapi nyatanya, banyak anak muda yang terpapar radikalisme melalui media sosial. Banyak orang menjadi mudah marah, mendadak paham agama, dan merasa dirinya paling benar, juga karena propaganda kelompok radikal melalui jejaring sosial. Hal semacam inilah yang harus diwaspadai para pemuda. Hari sumpah pemuda harus jadi momentum bersama, untuk terus menguatkan komitmen dalam melawan intoleransi, radikalisme dan terorisme.

Sudah banyak contoh yang bisa kita jadikan pembelajaran, bahwa radikalisme sejatinya terus menyasar anak muda untuk dijadikan korban. Di dunia kampus misalnya, banyak mahasiswa baru menjadi target kelompok radikal yang telah berhasil menyusup kampus. Bahkan, beberapa tahun lalu sempat ada deklarasi terhadap negara khilafah yang dilakukan oleh para mahasiswa dari berbagai daerah di salah satu kampus negeri di Jawa Barat.

Tidak sedikit pula, para pelaku tindak pidana terorisme didominasi remaja dan anak-anak muda. Dan berdasarkan pengakuannya, mereka terpapar radikalisme dari internet, yang kemudian dipahami sendiri. Sekali lagi, hal semacam inilah yang harus dilawan para pemuda di era milenial ini.

Sejarah membuktikan, semangat para pemuda akan melahirkan sebuah kekuatan yang dahsyat jika  bersatu. Ketika kemerdekaan, para pemuda dari berbagai daerah berhasil mengusir penjajah dan menghadirkan kemerdekaan kepada kita semua.

Ketika reformasi, para pemuda membuktikan bisa bersatu dan menurunkan pemerintahan orde baru setelah 32 tahun berkuasa. Baru saja, ribuan pemuda juga berhasil menggagalkan pengesahan sejumlah undang-undang yang tidak berpihak pada rakyat. Jadi, tunggu apa lagi? Saatnya menggalang persatuan, agar kekuatan pemuda kembali mengukir sejarah, kali ini untuk melengserkan bibit radikalisme dari bumi pertiwi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun