Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bersihkan Medsos dari Hoaks dan Ujaran Kebencian

7 Januari 2019   08:10 Diperbarui: 7 Januari 2019   09:07 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media Sosial - Sumber : nu.or.id

Kemajuan teknologi telah membuat media sosial menjadi tempat yang begitu banyak dikunjungi oleh generasi muda. Media sosial terbukti bisa memfasilitasi segala kebutuhan generasi milenial. Bahkan, berbagai aktifitas manusia di dunia nyata, juga mulai banyak beralih ke media sosial. 

Berbagai aspirasi dan ekspresi juga seringkali ditumpahkan melalui media sosial. Kondisilah yang kemudian menjadikan media sosial sebagai media yang begitu digandrungi oleh lintas generasi di era milenial ini.

Pada kenyataannya, media sosial tidak hanya berisi tentang pesan positif, tapi juga banyak diisi pesan-pesan negatif. Keduanya bercampur menjadi satu, yang kadang membuat para penggunanya tidak bisa membedakan mana salah mana benar. Karena informasi yang muncul tidak hanya didasarkan pada fakta, tapi juga banyak yang didasarkan pada kebohongan alias hoax. 

Ironisnya, tidak sedikit diantara masyarakat yang menjadi korban hoax. Kondisi ini semakin mengkhawatirkan ketika tingkat literasi masih rendah, dan lebih cepat share informasi tanpa menyaringnya terlebih dulu.

Tak dipungkiri, jelang pemilihan presiden dan wakil presiden, intensitas penyebaran ujaran kebencian dan hoax semakin masif terjadi. Yang paling anyar terjadi adalah hoax tentang 7 kontainer surat suara yang telah tercoblos. Sebelumnya, salah satu tim paslon juga menebar kebohongan telah dipukuli, padahal muka lebam yang dialaminya merupakan dampak dari operasi plastik. 

Belum lagi sentimen agama juga seringkali dibawa-bawa dalam perhelatan politik ini. Partai pendukung penista agama dianggap kafir, paslon yang yang satu dianggap tidak bisa mengaji dan lain sebagainya. Semangat yang muncul tidak pernah berisi semangat positif. Hampir semua yang muncul semangat saling menjatuhkan.

Semua pesan negatif tersebut, banyak bertebaran di sosial media. Penyebaran konten negatif ini dimaksudkan agar perhatian masyarakat terpecah. Tak hanya itu, penyebaran konten negatif ini juga berpotensi memecah belah persatuan dan kerukunan antar umat beragama. Ingat, esensi dari perhelatan politik yang saat ini sedang terjadi adalah untuk mendapatkan pemimpin yang amanah, bertanggung jawab, berintegritas dan toleran. 

Jika dalam proses pemilihan untuk mendapatkan pemimpin yang ideal ini terus dirusak dengan konten negatif, dikhawatirkan kita tidak akan bisa mendapatkan pemimpin yang akan membawa Indonesia lebih maju.

Untuk itulah, semangat untuk membersihkan media sosial dari pesan-pesan negatif harus menjadi komitmen semua pihak. Baik itu pihak partai politik, elit politik, pasangan calon, tim sukses, buzzer hingga masyarakat, harus berkomitmen tidak menebar kebencian dan kebohongan. 

Mari kita sama-sama memberikan pendidikan politik kepada semua orang. Kenyataannya, elit dan partai politik belum bisa memberikan pendidikan politik yang baik. Sebagai generasi penerus, kita harus bisa memberikan contoh positif untuk terus berkomitmen menebar pesan damai. Dan media sosial harus menjadi media perekat keberagaman dan nilai-nilai toleransi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun