Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pilkada Usai, Mari Songsong Pilpres dan Pileg Tanpa Caci Maki

2 Juli 2018   07:52 Diperbarui: 2 Juli 2018   07:52 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demokrasi - kizlarsoruyor.com

 Pilkada serentak di 171 daerah di Indonesia telah berlalu. Kekhawatiran terjadinya konflik tidak terbukti. Berbagai ancaman yang bisa berpotensi mengganggu kelancaran pesta demokrasi, juga bisa diantisipasi. 

Padahal, sebelumnya  semua pihak telah memperkirakan, adanya peningkatan ujaran kebencian jelang pilkada, ada potensi gangguan, dan segala macamnya. Tak dipungkiri, ancaman dan ujaran kebencian memang ada, namun karena masifnya masyarakat yang juga saling mengingatkan, agar semua pihak aktif menyebarkan pesan damai, membuat ujaran kebencian itu tidak mampu memprovokasi masyarakat. Dan hasilnya, pilkada serentak bisa berjalan lancar, aman dan damai.

Hal ini harus menjadi pembelajaran buat kita semua. Memang, Indonesia yang beraneka ragam ini bisa berpotensi terjadi konflik. Perbedaan bisa menjadi persoalan, jika provokasi terus dibiarkan merajalela.

Apalagi jika provokasi tersebut dibumbui dengan sentimen SARA. Akan bisa memicu amarah bagi  sebagian orang, yang memang berpikiran sempit. Indonesia punya pengalaman, terkait provokasi SARA ini. Konflik bernuansa SARA, hanya akan membuat Indonesia menjadi negara yang penuh dengan pertikaian. Sementara pertikaian inilah, yang diharapkan oleh kelompok radikal dan teroris. Ketika konflik muncul dimana-mana, akan dijadikan pembenaran oleh mereka untuk melakukan jihad.

Sementara pilkada merupakan salah satu mekanisme yang telah disepakati bersama, untuk memilih kepala daerah tanpa konflik. Proses demokrasi yang memilih pemimpin secara langsung, telah dilakukan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. 

Sayangnya, masih saja oknum seseorang yang mencoba untuk menciderai proses demokrasi ini. Salah satunya dengan cara menebar provokasi SARA. Karena masyarakat Indonesia mempunyai pengalaman terjadinya konflik, provokasi tersebut bisa diminimalisir. Dan terbukti, pemilihan kepala daerah secara serentak dapat berjalan aman dan lancar.

Untuk itulah, hal semacam ini perlu terus dipertahankan dalam setiap perhelatan demokrasi. Setiap pesta demokrasi harus dihadapi dengan suka cita. Jika setiap pilkada serentak bisa dilakukan secara damai, semestinya pemilihan presiden dan wakil presiden, serta pemilihan legislative pada 2019 mendatang juga bisa berjalan lancar dan aman, tanpa ujaran kebencian dan caci maki. 

Karena pemilihan pemimpin secara damai, akan melahirkan pemimpin yang toleran, yang sangat menjunjung tinggi kerukunan antar umat. Indonesia adalah negara yang mempunyai tingkat keberagaman tinggi, sudah mestinya membutuhkan pemimpin yang juga menghargai keberagaman.

Jangan sengaja memunculkan bibit kebencian dalam setiap perhelatan demokrasi. Para calon pemimpin yang akan bertarung dalam pilpres dan pileg, juga jangan menggunakan hal-hal yang bisa mengganggu persatuan dan kesatuan. Indonesia adalah negara yang penuh dengan warna. 

Sudah semestinya pemimpin dan masyarakatnya yang penuh warna itu, bisa hidup saling berdampingan dengan tetap saling menghargai dan menghormati satu dengan yang lainnya. Mari kita sambut pilpres dan pileg dengan penuh suka cita. 

Mari kita dorong para pemimpin untuk bertarung dalam segi gagasan. Mari kita dorong partai politik untuk memunculkan calon yang berintegritas, bertanggung jawab, dan menghargai keberagaman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun