Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menjaga Kemerdekaan pada Relnya

16 Agustus 2017   07:55 Diperbarui: 16 Agustus 2017   07:57 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Merdeka - yogapermanawijaya.wordpress.com

Indonesia memang telah merdekan dari penjajahan fisik. Indonesia memang terus merayakan kemerdekaan setiap tanggal 17 Agustus. Karena memang faktanya Indonesia telah merdeka dan menjadi negara yang berdaulat. Indonesia juga berkembang menjadi negara demokratis. Setelah lepas dari orde baru selama 32 tahun, masyarakat Indonesia tumbuh menjadi masyarakat yang kritis. Atas nama demokrasi, masyarakat punya hak untuk berkumpul dan berserikat, hak untuk berpendapat, hak untuk berekspresi, dan lain sebagainya.

Namun yang terjadi saat ini adalah, atas nama demokrasi, masyarakat bisa bebas mengkritik, bebas menghujat, bebas menjatuhkan pimpinan yang tidak dikehendaki. Ketika HTI dibubarkan oleh pemerintah karena dianggap bertentangan dengan ajaran Pancasila, masih saja ada pihak-pihak yang menyatakan hal itu sebagai upaya untuk membatasi hak berserikat. Padahal, kita sudah sepakat bahwa Pancasila adalah harga mati. Artinya, segala hal yang bertentangan dengan Pancasila harus dihilangkan, dan tidak bisa ditawar lagi.

Kita juga tahu, Indonesia menjamin masyarakatnya untuk mengeluarkan pendapat. Demonstrasi pun dibenarkan oleh undang-undang, sepanjang tidak melanggar aturan yang berlaku. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Kebebasan berpendapat dan berekspresi, justru dimanfaatkan untuk kepentingan yang tidak baik. Ketika masa pilkada atau pilpres, kebebasan berpendapat telah berubah menjadi kebebasan menghujat, kebebasan mencari kejelekan orang lain demi menjatuhkan orang yang tidak disukai. Yang menyedihkan lagi, kebebasan atas nama ini, tidak jarang juga disusupi sentimen SARA. Akibatnya, sebagian masyarakat terprovokasi dan berpotensi terjadinya konflik di tengah masyarakat.

Kebebasan berpendapat, juga dimanfaatkan oleh kelompok radikal untuk bebas menyebarkan paham radikalisme. Paham kekerasan yang selalu berlindung dibalik atribut keagamaan ini, seringkali melakukan kekerasan. Untuk melawan radikalisme ini, harus dilawan dengan ideologi perdamaian. Apa itu ideologi perdamaian? Yaitu Pancasila. Seperti kata Kapolri Jenderal Tito Karnavian dalam sebuah pemberitaan, "ideologi hanya bisa dilawan dengan ideologi. Kita tangkap ribuan orang selamanya tidak akan cukup, kalau ideologinya tidak dipatahkan."

Di media sosial, atas nama kebebasan berekspresi, ada juga masyarakat yang menghujat presiden. Ketika hukum diterapkan, kemudian dengan mudah diserang balik, bahwa pemerintah otoriter, pemerintah tidak berpihak ke masyarakat dan lain sebagainya. Ketika pimpinan salah satu ormas terbukti melakukan tindak pidana, dengan mudah sebagian masyarakat menghembuskan isu ulama dikriminalisasi. Jika kita menggunakan akal sehat, tentu kita tidak akan mudah terprovokasi. Hanya saja, mau sampai kapan kita terus saling hujat dan serang ini? Bukankah kita warga negara Indonesia yang semuanya bersaudara?

Perbedaanlah yang membuat kita bersatu. Keberagaman lah yang membuat Indonesia menjadi negara besar. Dan semuanya itu, merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita. Bahkan Tuhan menciptakan keberagaman dan perbedaan, agar manusia bisa saling mengenal dan memahami. Karena itulah, di momentum kemerdekaan Indonesia ini, mari kita introspeksi diri. Apakah kita telah mengisi kemerdekaan ini dengan perbuatan positif? Jika belum, saatnya untuk mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang positif.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun