Mohon tunggu...
M.Abdussalam Hizbullah
M.Abdussalam Hizbullah Mohon Tunggu... Administrasi - mencoba menulis meski tidak berbakat

jika tulisanku ini bermanfaat, bagikan pada orang lain agar manfaatnya tidak terhenti padamu. 😘😘

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Untuk Sebuah Nama yang Dulu Kuselipkan dalam Doa

9 Juli 2019   22:25 Diperbarui: 9 Juli 2019   22:43 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mencoba untuk memilih suatu hal dalam hidup itu bukanlah hal yang aneh. Setiap orang tentu pernah memilih sesuatu untuk hidupnya, meskipun tidak semua pilihan yang ingin diambil itu dapat diraih. Terlebih lagi pasangan hidup.

Banyak sekali orang yang mencoba memilih seseorang untuk dijadikan partner hidup, tetapi tidak sedikit yang justru mendapatkan partner hidup bukan dari pilihannya. Dan untuk kamu, sebuah nama yang pernah aku jadikan pilihan untuk menjadi partner hidupku, aku hanya ingin berterimakasih karena telah menjadi bagian dalam catatan perjalanan hidupku.

Aku pernah berkata kepada orang tuaku bahwa aku sudah memilih seseorang untuk menjadi partner hidupku kelak. Kusebutlah namamu dihadapan mereka. Aku ceritakan alasanku memilihmu, alasanku mencintaimu, alasanku menjadikan namamu dalam untaian do'aku. Bukan tentang paras cantik ataupun kecerdasanmu, melainkan kebaikan hati yang hanya aku temukan dalam dirimu.

Kala itu, aku menjadi anak yang keras kepala untuk meyakinkan mereka bahwa kamu adalah kandidat terbaik sebagai pendampingku. Bahkan dengan memperkenalkanku pada orang lain yang menurut mereka baik pun, mereka tidak mampu menggoyahkan keinginanku untuk memilihmu. Kamu menjadi satu nama yang aku perkenalkan pada mereka dengan sejuta kelebihanmu.

Aku masih ingat kala senyummu mengalahkan keindahan senjaku. Kala itu harapan terbesarku hanya mengubah kata aku dan kamu menjadi kita. Memadukan duniaku dan duniamu menjadi satu dunia kecil yang disebut keluarga. Aku meyakinkan diriku bahwa kelak aku dapat mengabaikan berbagai rintangan ketika aku berhasil menggapai harapan itu.

Yah, tetapi tetap saja, tidak semua pilihan dapat diraih. Namamu menjadi harapan yang hanya tertulis dalam benakku, tetapi tidak bisa terwujud dalam hidupku. Cerita tentang "kita" pun selesai dalam sebait kisah sederhana yang dibumbui sejuta harapan yang tetap tergantung adanya. Bukan salahmu, aku saja yang egois untuk mengambil keputusan itu. Keputusan untuk tidak lagi menyebut namamu dalam do'aku.

Sakit?

Aku tidak tahu entah bagaimana perasaanku kala itu. Hingga kini aku tidak menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan suasana hatiku. Aku tidak bisa menjelaskan tentang perasaanku kala aku menjadi pengecut yang menghindar dari kondisi yang "kita" hadapi. Aku hanya menyerah untuk memperjuangkan harapku padamu. Melepaskan diri kala tanganmu mencoba meraihku.

Untuk kamu, sebuah nama yang kuhadirkan dalam mimpiku, aku ingin meminta maaf. Jika banyak cacat dalam diriku. Bukan, aku bukan bermaksud menunjukkan lemahku padamu. Aku hanya ingin memperkenalkan diriku padamu. Maaf, jika aku pinjam namamu untuk kudekap pada pertengahan malamku.

Kadangkala, kita harus terjatuh terlebih dahulu untuk bisa belajar caranya berdiri. Kita harus kehilangan terlebih dahulu untuk bisa belajar merelakan. Kita harus menelan rasa pahit untuk mengenal rasa manis. Dan kali ini, kita harus berpisah untuk mendapatkan seseorang yang terbaik untuk menjadi pasangan hidup.

Entah kini atau pun nanti, aku hanya ingin kamu tahu, bahwa pernah ada seorang pengecut yang selalu meminjam namamu untuk dijadikan bait-bait doa yang ia ucapkan. 

.............................

M. Abdussalam Hizbullah
09 Juli 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun