Mohon tunggu...
Bonefasius Sambo
Bonefasius Sambo Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang gemar menulis

Penulis Jalanan ~Wartakan Kebaikan~

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pak Amien Rais, Bisakah Bapak Lebih Bijaksana?

24 Mei 2017   22:37 Diperbarui: 24 Mei 2017   23:00 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pernyataan Politik Pak Amien Rais. Sumber : Tribunnews.com"][/caption]Terlalu kecil satu orang seperti saya mengomentari sesepuh bahkan tokoh nasional sekelas Bapak Amien Rais (Pak Amin).

Apa kurangnya dengan Pak Amien? Banyak gelar yang disematkan ke beliau: dari cendikiawan muslim sampai tokoh reformasi. Beliau pernah menduduki jabatan strategis sebagai Ketua MPR periode 1999-2004. Sebelum maju sebagai calon presiden tahun 2004 beliau adalah Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) dan sampai hari ini beliau adalah Ketua Majelis Pertimbangan PAN.

Jadi sangat naif jika saya harus mengomentari sosok dan ketokohan Pak Amien.

Sebagai pegiat sosial media dan penikmat berita di televisi bagi saya pribadi, saya kok terenyuh dengan beberapa pernyataan politis Pak Amien. Bagi saya itu sangat mengganggu keharmonisan hubungan antarsesama anak bangsa.

Dalam catatan saya ada 3 (tiga) pernyataan politis Pak Amien seperti saya ungkapkan tadi bahwa itu mengganggu dan merusak hubungan antar kami sebagai anak di negeri yang beragam ini.

Pertama, Pak Amien menyamakan Pilpres 2014 sebagai perang badar (Kompas, 31 /05/2014). Penggunaan kata " perang badar" secara tidak langsung ingin menggambarkan pihak lain sebagai kaum kafir yang patut diperangi. Apakah ini yang bapak maksudkan?

Kedua, menyamakan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai Dajjal, makhluk akhir zaman pembawa fitnah (Tempo, 19/9/2016). Apakah Ahok layak dilabeli Dajjal, Pak? Apakah seluruh kerja keras Pak Ahok di Jakarta semuanya masuk ke dalam comberan? Begitukah yang bapak maksudkan? Dan teranyar:

Ketiga, ketika Ahok mencabut permohonan banding dan bersedia dengan kepala tegak menerima vonis 2 (dua) tahun penjara dalam kasus penistaan agama. Pak Amin menganggap itu sebagai pencitraan. Atau akal-akalan Ahok untuk mendapatkan simpatik publik. Apakah sebuah pencitraan harus menerima proses hina seperti itu (dipenjara), misalnya?

Pak Amien, kalau boleh jujur saya mau bilang, para politisi dalam lingkaran bapak belum ada yang seberani dan berjiwa kesatria seperti Pak Ahok. Pak Ahok yang bapak bilang sombong dan angkuh itu dengan "sombong dan angkuh" pula ia mendatangi terali besi. Bukan seperti yang lain harus lari ke luar negeri untuk menghindari proses hukum yang menjerat dirinya.

Dalam usia bapak seperti sekarang ini, saya bilang bapak seorang negarawan. Tapi sampai detik ini bapak masih memposisikan diri sebagai seorang politisi. Lantas bagaimana sikap kenegarawanan bapak?

Yang saya paham tentang negarawan itu dilihat dari keteladanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun