Mohon tunggu...
Bonefasius Sambo
Bonefasius Sambo Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang gemar menulis

Penulis Jalanan ~Wartakan Kebaikan~

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Jonru Harus ke NTT?

26 Mei 2017   19:17 Diperbarui: 26 Mei 2017   19:48 1998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Jonru ke NTT. Sumber : Pos Kupang"][/caption]Penggiat media sosial, Jonru Ginting dipulang secara paksa ke Jakarta dari Pulau Pemana, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, Jumat pagi (26/5/2017) (Sumber : Pos Kupang).

Sebelum aksi penolakan di Pelabuhan Lorens Say, Maumere, dikabarkan Jonru sempat berkunjung ke Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Jonru berkunjung ke suatu tempat untuk memberi bantuan kepada para mualaf. Begitulah kalimat yang disebarkan melalui facebook.

Foto kedatangan Jonru sempat menjadi viral di akun warga pengguna facebook di NTT. Awalnya saya kira itu berita hoax. Namun ketika berita tentang penolakan Jonru oleh segelintir orang di pelataran pelabuhan Lorens Say dimuat di harian berita Pos Kupang, akhirnya saya yakin bahwa kedatangan Jonru ke NTT benar adanya.

Pertanyaan untuk apa Jonru harus ke NTT?

Jika Jonru ke NTT dalam rangka "safari Ramadhan" tentu bukan menjadi masalah bagi masyarakat NTT yang sudah dikenal sangat toleransi ini. Namun karena sosoknya yang kontroversial publik tentu mempertanyakan maksud dan tujuannya.

Kenapa mesti ke NTT, kenapa harus Jonru, kenapa bukan Khofifah Indar Parawansah sebagai Menteri Sosial yang memiliki keterkaitan dengan tugas dan fungsinya. Atau kenapa bukan tokoh sekelas Muhaimin Iskandar yang mendatangi warga muslim di NTT?

Jonru bagi sebagian warga pengguna sosial dikenal sebagai sosok yang kontroversial serta konyol dalam membuat status-statusnya di akun sosial media. Kecenderungan Jonru adalah memelintir sebuah pernyataan yang benar akan menjadi bias bagi netizen ketika pernyataan itu diolah oleh si Jonru. Terlebih lagi Jonru cenderung mewakili kelompok tertentu.

Nah ketika publik terstigmatisasi oleh perilakunya sendiri (kontroversial dan konyol) tentu menjadi wajar jika dalam suasana kebangsaan seperti saat ini, sebagian warga resah dan gelisah dengan kedatangan Jonru.

Menolak Jonru bukan berarti membenci Jonru. Atau menolak kelompok yang melekat pada dirinya. Buktinya sampai hari ini NTT menjadi kiblat toleransi bagi Indonesia.

Kami tak mau pernyataan Jonru pada sekelompok warga tertentu akan menimbulkan salah persepsi di antara warga sendiri. Secara historis dan kultur semuanya basaudara.

Begini saja, kalau mau melaksanakan kegiatan keagamaan hadirkan sosok-sosok yang memberi inspirasi kebhinnekaan. Kalau seperti Jonru sih tentu hanya akan menghasilkan perdebatan kusir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun