Mohon tunggu...
Bonefasius Sambo
Bonefasius Sambo Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang gemar menulis

Penulis Jalanan ~Wartakan Kebaikan~

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hijrah (Cinta Tanpa Batas)

10 Agustus 2017   21:50 Diperbarui: 10 Agustus 2017   22:23 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ketegaran hati lelaki paruh baya itu akhirnya runtuh juga. Air matanya berderai membasahi pusara kuburan itu. Kubur dari mendiang istrinya.

Setahu saya istrinya meninggal dunia dua tahun lalu. Meninggal karena penyakit menahun yang tak tertolong lagi. Ia meninggal dan saat dikebumikan tak didampingi oleh suaminya. Karena disaat itu suaminya dipenjara oleh suatu kasus tindak pidana kejahatan.

Lelaki empat puluh tahunan itu memeluk erat pusara kubur istrinya. Ia yang dikenal sebagai preman jalanan, sadis dan tak kenal kompromi pada musuhnya kali ini bagai pria tak berdaya, lemah dan tanpa harapan.

Sudah beberapa jam ia duduk lesuh di kuburan istrinya. Padahal maghrib telah tiba. Dia seperti ingin mencurahkan segala dosa dan kesalahannya saat itu.

Tiba tiba sepasang tangan memeluk laki-laki itu dari belakang. Disusul sepasang tangan mungil. Suasana menjadi makin haru. Dua pasang tangan itu adalah harta terindah buah perkawinan dengan mendiang istrinya. Seorang gadis remaja dan seorang anak berusia balita. Mereka hadir untuk mengajak ayahnya kembali ke rumah.

"Ayah, ayo kita pulang!" kata gadis remaja itu.

Namun ayahnya tetap membisu. Si kecil akhirnya menangis entah apa sebabnya. Yang jelas malam telah meliputi lokasi kuburan yang tak bercahaya itu.

Pria itu akhirnya bangkit lalu memeluk kedua anaknya dan mengajak mereka pulang.

"Nak, ayo kita pulang karena malam makin kian pekat!".

Mereka pun kembali ke rumah si bontot dalam gendongan ayahnya.

Hari ini adalah hari pertama lelaki itu bebas dari sel tahanan. Setelah mendekam di penjara kurang lebih tiga tahun karena kasus pembunuhan. Ia dan beberapa teman geng-nya dituduh telah membunuh seorang pimpinan perusahaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun