Para peneliti dari berbagai bidang dan kampus setuju jika masalah semen rembang harus diluruskan dan dikaji permasalahan yang terjadi secara berimbang. Hal itu dipaparkan beberapa peneliti dalam Forum Discussion Group (FGD)bertema The Future Of Cement Industries In Indonesia di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
Menurut Lintong Sopandi, Kapuslitbang Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Kementrian Perindustrian, ada 3 kesimpulan yang diambil dimana salah satunya industri semen saat ini bukan lagi seperti dulu. Ada berbagai upaya yang sudah dilakukan oleh industri semen saat ini, diantaranya meminimalisir emisi karbon dioksida dengan teknologi pengolahan semen yang lebih baik.
"Seperti yang dilakukan di Semen Indonesia di Rembang, mereka telah membuat penampungan-penampungan air sehingga wilayah sekitar bisa mendapatkan air untuk lahan pertanian mereka. Belum lagi manfaat ekonomi lainnya," ungkap Lintong Sopandi.
Sementara Prof Dr Suparto Wijoyo, dosen dan peneliti dari Unair Surabaya mengaku ada penzaliman yang dilakukan oleh pihak tertentu atas kasus Semen Indonesia di Rembang. Ironisnya, sebagai perusahaan negara, Semen Indonesia pun tak mendapat dukungan dari negara.
"Ada banyak persoalan dan kepentingan yang terlihat dalam kasus ini. Sementara keberadaannya sangat banyak manfaatnya terutama menunjang perekonomian nasional maupun masyarakat di sekitarnya," tandas Suparto.