Mohon tunggu...
Politik

Ahok dan Anies Bukan Kelompokku, Maka Harus Aku Caci Maki

19 Maret 2017   11:18 Diperbarui: 19 Maret 2017   11:32 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kemarin ada lift jatuh di sebuah mall. Peristiwa itu akan dimaknai biasa saja jika saja. Anies tidak terlibat dalam peristiwa itu. Pernyataan Anies bahwa dia hampir saja naik lift yang jatuh itu kontan saja menuai banyak reaksi. Apalagi setelah salah satu pendukung Anies memposting tulisan bahwa kejadian itu disengaja untuk membunuh Anies. Orang-orang dari golongan yang sama segera memblow upnya dengan beberapa opini. Ada yang logis, tapi ada juga tidak. Sedang orang-orang dari golongan lain menanggapinya dari sisi sebaliknya.

Peristiwa jatuhnya sebuah lift dan bagaimana orang coba menggunakan peristiwa itu untuk menciptakan persepsi tertentu dengan tujuan tertentu adalah sesuatu yang menjijikkan. Begitu juga dengan peristiwa-peristiwa lain, dengan pelaku-pelaku berbeda. Saya berpikir, otak orang-orang itu telah dipenuhi dengan pikiran-pikiran kotor terhadap pihak lain. Hidupnya diisi dengan kebencian dan keinginan untuk melampiaskan kebencian itu sesegera mungkin.

Jokowi bukan kelompokku. Plonga plongo ra iso opo-opo. presiden boneka. Jokowi membangun jalan, waduk, dan jembatan adalah pencitraan. Dia hanya meresmikan, yang membangun adalah SBY. Jokowi membuat vlog adalah sesuatu yang salah, lebay, dan tidak bermutu. Kayak nggak ada pekerjaan lain saja. Masak kambing beranak saja diposting. Ahok bukan kelompokku. Dia menggusur jelas salah, tidak manusiawi. Dia mengubah Kali Jodo jadi sarana bermain dan olahraga juga salah, hanya untuk pencitraan. Dia mencoba mengatasi banjir jelas gagal. Buktinya masih ada banjir. Omongnya kasar dan suka mengumpat jelas-jelas salah. Urakan, mulut comberan, pemakan babi. Dia mengurusi agama orang lain. Apalagi yang ini. Sebuah kesalahan besar.

SBY bukan kelompokku.10 tahun yang sia-sia. Presiden tukang bikin album. Banyak pembangunan mangkrak. Agus bukan kelompokku. Jangankan bicara, diam pun dia salah. Dia ganteng, tapi Jakarta tidak butuh pemimpin yang hanya bermodalkan kegantengan. Pemuda karbitan. Tentara goblok yang mengejar ambisi babenya. Ibu dan istrinya suka nyinyir lewat instragram. Bapaknya baperan. Aniesi bukan kelompokku. Kelihatannya halus, tapi sebenarnya culas, licik dan munafik. Mentri yang gagal. Lebih cocok jadi motivator. Programnya tidak masuk akal. Mungkin terlibat korupsi pameran buka di Jerman. Sandi bukan kelompokku. Orangnya mesum, tersangkut panama paper, pelecehan, penipuan, dan penggelapan tanah. Oke oce-nya tidak mutu, hanya tipu-tipu.....

Mereka berasumsi, semua yang dilakukan pihak yang bukan kelompoknya adalah sebuah kesalahan. Apapun itu. Bahkan, jika satu kelompok melakukan sesuatu yang baik, maka akan coba dicari letak salahnya. Lebih-lebih jika satu kelompok membuat blunder. Habislah mereka dicaci maki!

Berkaitan dengan politik yang pada akhirnya akan bermuara pada kursi kekuasaan ternyata hati nurani menjadi tidak berarti. Masing-masing beraggapan bahwa kami adalah nabi, dan kelompok lainnya adalah anjing. Walaupun mesum, korup, atau munafik, kami tetap nabi yang sedang memperjuangkan agama. Walaupun mereka baik, tetaplah mereka anjing. Hater still hate. Ever, ever, and forever. Situasi semacam ini akan terus sampai kapan, Saudara-saudaraku?

Mungking, ada benarnya juga isi lirik lagu Imagine dari The Beatles berikut.

there's no countries 

It isnt hard to do

Nothing to kill or die for

No religion too

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun