Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bayangmu di Jendela Kereta

19 November 2019   07:14 Diperbarui: 19 November 2019   07:18 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi dari: peakpx.com

"Nak, pulanglah. Nafas ayahmu telah payah," 

kata-kata itu meloncat ke luar layar

damai di hati jadi buyar

*

"Nak, tak usah ragu, pulanglah cepat!" 

Rindu di hati sejatinya telah membuncah

Seisi hati tambah gelisah.          

*

"Nak, lupakanlah yang sudah-sudah..."

Melupakan luka lama tidaklah mudah

juga saat yang melukaimu telah merendah.  

*

"Nak, bagaimana pun kami orang tuamu,"

kata-kata itu merasuk dalam nubari

Kebenarannya tak dapat kusangkal lagi.

*

Langkahku akhirnya kuayun ke stasiun pusat kota

Kereta terakhir menuju kota kecilku di ujung sana

*

"Nak, engkau sampai di mana? Ayahmu baru saja tiada..."

Kata-kata yang tak kuharapkan itu datang di waktu yang salah.

Tetiba di jendela kereta kulihat bayang wajahmu, Ayah. 

Engkau tersenyum bahagia dari alam barzah. 

-medio Nov 19-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun