Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Asap Jauh di Amazon dan Tempat Lain, Kita Santuy-santuy Aja...

17 Oktober 2019   09:34 Diperbarui: 17 Oktober 2019   09:39 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolase foto NASA dan Instagram @meme.comik.indonesia

 Wilayah Pan-Amazonia amat penting bagi kelestarian bumi dan manusia. Wilayah ini mencakup sembilan negara: Brazil, Bolivia, Peru, Ekuador, Kolombia, Venezuela, Guyana, Suriname and Guyana Perancis dan didiami oleh 34 juta penduduk, termasuk tiga juta suku-suku asli dari 390 kelompok etnis.

Hutan Amazon adalah rumah bagi keanekaragaman hayati. Diperkirakan 30 sampai 50 persen spesies flora dan fauna di dunia hidup dalam harmoni di Amazon. Amazon menyimpan 20 persen air tawar dunia. Amazon adalah sepertiga dari hutan dunia. Amazon mencakup 7,5 juta kilometer persegi wilayah biosfer.

Kebakaran hebat melanda hutan Amazon baru-baru ini. Kebakaran hutan Amazon tahun 2019 ini adalah kebakaran terparah sejak kebakaran tahun 2010.

Di Brazil saja, separuh lebih dari 77 ribu titik api terjadi di kawasan Amazon sepanjang tahun 2019. Jumlah titik api ini meningkat 85 persen dari periode yang sama pada tahun lalu.  

Kebakaran hutan di Brazil mulai mendapat perhatian dunia sejak 19 Agustus lalu, saat langit Sao Paulo tertutup asap pekat. Warganet Brazil dan dunia ramai-ramai mencuit dengan tagar PrayforAmazonas di Twitter.

Diduga kuat, yang terjadi di Amazon bukanlah kebakaran hutan, namun pembakaran hutan. Ane Alencar, direktur sains IPAM (Institute of Environmental Research in Amazonia) mengatakan bahwa api yang membakar Amazon secara langsung terkait pembukaan hutan secara ilegal.

Kepada laman Mongabay.com, Alencar menyatakan, oknum pembakar hutan menebang pepohonan, membiarkan kayu mengering, lalu membakar kayu-kayu itu agar abunya kelak menyuburkan tanah. Saat hujan tiba kelak, rumput untuk pakan ternak akan tumbuh subur.  

Singkat kata, menurut Alencar, pembakaran hutan Amazon terkait dengan praktik deforestasi demi membuka padang penggembalaan.

Sementara itu, Itacir Brassiani, pemerhati isu lingkungan di Brazil mengatakan, deforestasi di Amazon juga terkait dengan pertanian kedelai yang dilakukan perusahaan pertanian skala besar. Membakar hutan memang cara paling murah untuk membuka lahan pertanian dan penggembalaan ternak.

Suku-suku Asli Penjaga Amazon
Brassiani mengatakan, dirinya yakin bahwa penduduk asli Amazon tidak akan pernah membakar hutan. Sebabnya, bagi suku-suku asli Amazon, hutan adalah rumah mereka sendiri.

Suku asli ratapi hutan yang dirusak perusahaan-Reuters
Suku asli ratapi hutan yang dirusak perusahaan-Reuters
Brassiani benar. Pada tahun 2006, peneliti gabungan Brazil dan Amerika Serikat menyimpulkan bahwa berdasarkan peta satelit hutan tropis Amazon tahun 1997 sampai 2000, tingkat deforestasi di luar wilayah suku-suku asli Amazon 1,7 sampai 20 kali lebih tinggi dibanding  di dalam wilayah penduduk asli Amazon. Tingkat kebakaran (atau pembakaran) hutan di luar wilayah suku-suku asli empat sampai sembilan kali lebih tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun