Mohon tunggu...
bluesaphire
bluesaphire Mohon Tunggu... -

Terbanglah bersama angin..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dan Aku Pun Ridho...

18 September 2017   09:40 Diperbarui: 18 September 2017   09:46 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Wonosari, September 18th, 2017

08.03 AM

Kabut telah beranjak sedikit demi sedikit ketika pagi ini aku memulai perjalananku. Tak seperti Senin Senin yang lain yang selalu diawali dengan padatnya jalanan, pagi tadi agak lengang dengan para pengisi jalanan, aku pun lega mengingat bahwa tidak padatnya jalanan sudah jadi poin buat perasaan nyaman mengawali hari. Haii,, i miss my sunshine, missing its warm humble smile and bright yellow shine...

Are you there, sunshine?? Dan sekarang aku sudah disini, sejenak ingin mengambil jeda untuk memberi ruang buat pikiran pikiran ku bernafas dengan jalan melepasnya dalam bentuk rangkaian kalimat seperti biasanya. Berharap tinggi agar terbaca dengan jelas apa yang sejauh ini kutangkap dalam pemahamanku.

Ada yang sering bahkan terlalu sering kataku, menyebutnya sudah menjadi bagian pemikiran ku sampai di detik ini. Yakni pemikiran tentang apa yang sebenarnya telah menjadi ketentuan Allah. Satu ketika aku mengabaikannya, yakni Allah telah mengatur dan menentukan setiap detailnya. Aku cenderung bertanya dan bertanya dan berkutat dengan pertanyaanku tadi. 

Berusahapun untuk mencari jawabnya telah kulakukan, tapi aku tetap saja memiliki kengototan berpendirian,, pasti ada yang salah disitu. Seolah-olah aku lah yang sebenarnya tidak mau membuka pikiran, dan lebih senang bersembunyi di belakang pertanyaan apakah ada yang salah. Bukan aku mencari pembenaran, tapi bukankah yang kutanyakan adalah hal yang wajar. Sebab begitu tipisnya jarak antara yakin dan tak yakin. Keyakinan bahwa semua adalah ketentuan dan keyakinan bahwa apakah ada yang salah dengan semuanya.... Dan ada proses yang telah kulalui untuk sampai pada final answer atas semua tanya di benakku.

Satu kata yang menjadi jawaban akhir dari segala tanya ini, yakni RIDHO. Yang kupahami dia adalah sikap untuk realistis menerima kenyataan. Hati yang dimiliki oleh manusia, menerima kenyataan yang ada, dibarengi otak dan anggota tubuh yang berikhtiar terus untuk mencapai keadaan yang lebih baik lagi. Hai,, sunshine.. masih menyimak kan?? 

Harusnya aku lebih awal menyadari, RIDHO lah jawaban dari segalanya. Dan apa alasannya sehingga kita harus beramah ramah dengannya. Kita harus ridho, tau kah kau? Sebab apa? Sebab jika kita tidak ridho pun, kejadian atau hasil itu tetap terjadi. Contoh sederhananya adalah misal kita melawati satu lapangan yang disitu ada sekelompok orang bermain volly. Tiba-tiba bola tadi mengenai kepala kita. Jika satu ketika ini benar-benar terjadi pada kita, baiknya kan kita ridho. Karena memang tak ada untungnya juga jika kita tak ridho, toh bola tadi telah mengenai kepala kita. Biarlah ada rasa yang kita rasakan, mungkin pening atau sedikit nyeri di kepala. Kita tidak patut menggerutu, mengutuk atau bersikap apapun yang tak baik. 

Dan padamu, aku yakin kau telah berulang kali menjelaskannya padaku dengan bahasa sederhanamu yang lalu. Haii,, kini pun aku telah memiliki kesepahaman denganmu,, mohon ketahuilah :-) dengan ridho, aku yakin telah membawa nuansa tersendiri dalam batin. karena sebenarnya, jika kita mengutuk atau menggerutu dengan yang terjadi, maka itulah yang bernama penderitaan. Penderitaan sebab tidak mau menerima kenyataan.

Jadi, diakhir tulisan ini, bisakah aku mendekat padamu dengan jarak yang sedekat-dekatnya... dan akan kusampaikan, apapun kenyataan yang yang kita hadapi atau tengah membelit kita, kita hadapi saja bersama dan kita jauhkan keluh kesah, apalagi mengutuk atau menggerutu. HAiii,,,taukah? Mungkin kenyataan memang masih berbeda atau belum sesuai yang kita harapkan, tapi jika kita ridho...aku yakin segalanya akan terasa ringan dan kitapun akan bisa mengkondisikan diri untuk berbahagia.

Sungguh tak ada satu kejadian pun yang tanpa maksud dan tujuan. Termasuk ketika aku memutuskan untuk memberikan hatiku padamu..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun