Mohon tunggu...
Suyut Utomo
Suyut Utomo Mohon Tunggu... Administrasi - Travel | Content creator | Video | Writing

Menceritakan apa yang dialamii lewat tuisan dan video

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Aroma Kopi Luwak Malabar Sampai Mancanegara

19 Mei 2015   10:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:50 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena tidak ada petunjuk jalan lagi, kami bertanya kepada penduduk untuk menuju lokasi yang kami maksud. Penduduk memberi arah jalan berikut menyebut nama pak Nuri sebagai pemilik olahan kopi Luwak tersebut. Sesuai petunjuk akhirnya menemukan papan berwana hijau bertuliskan "Kopi Luwak Malabar". Kenapa namanya Malabar, saya coba menebak sendiri karena lokasi ini terletak di kaki gunung Malabar, yang terletak di selatan kabupaten Bandung, Jawa Barat Tidak jauh dari Bishop (nama motor saya) parkir, berdiri seorang pemuda. Segera saya tanyakan tentang maksud kedatangan kami. Pemuda yang bernama mas Irfan ini kebetulan adalah pegawai dari pak Nuri yang biasa melayani tamu ketika berkunjung kesini. Pak Nuri sendiri kebetulan tidak sedang disini. Mas Irfan segera menunjuk sebuah bangunan, dan mempersilakan kami masuk. Pada saat kami datang, pintu berpagar besi, kemudian pintu kaca mirip bangunan rumah toko belum dibuka. Setelah masuk dibangunan difungsikan untuk menerima tamu ini, terdiri dari kursi dan meja panjang dari kayu tebal, setiap ruangan terlihat bersih dan rapi, disebelah ruang tamu terdapat ruang yang di pisah dengan kaca bening, yang didalam terdapat beberapa toples besar terbuat dari kaca yang isinya biji kopi, serta ada juga mesin yang digunakan untuk mengsangrai biji kopi sebelum disajikan. [caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="setelah di sangrai"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="siap dinikmati"]

[/caption] Mas Irfan segera memulai proses pembuatan kopi, memasukan biji kopi kesebuah mesin, dan tidak lama kemudian kopi luwak Malabar panas tersaji sudah.Rasa kopi yang belum pernah saya rasakan sebelumnya, aroma kopinya sangat menyengat, ketika diteguk pahit kopi sangat terasa, seakan rasa kopinya menempel di lidah dan disemua organ tubuh yang dilewati aliran kopi. Mas Ifan menyarankan menambahkan gula yang terbuat dari aren jika merasa pahit. Sambil menikmati kopi mas Irfan bercerita tentang pengolahan kopi, dan menjawab dengan antusias setiap pertanyaan yang kami lontarkan. Kopi disini berjenis Arabika,  ketinggian lokasi perkebuna kopi yang 1800 meter dari permukaan laut dengan suhu sejuk bekisar 15-21 derajat sangat cocok untuk budidaya jenis kopi ini. [caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="silahkan pilih sesuai selera dan dana"]
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="sang luwak"]
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="baru saja keluar"]
[/caption] Mas Irfan juga bercerita, jika belum lama ini kedatangan beberapa tamu dari negeri Belanda untuk belajar cara pengolahan kopi luwak. Memang Kelompok tani yang bernama 'Kopi Rahayu Tani"  disini menyediakan pelatihan untuk mempelajari bagaimana memproduksi kopi luwak dari awal sampai menjadi segelas kopi yang siap saji. Disini tersedia kopi yang dikelompokan berdasarkan lokasi penanaman pohon kopi dan pengolahannya, itu juga yang nantinya mempengaruhi harga jualnya. Jenis Speciality adalah hasil kopi dari ketinggian kurang dari 1000 mdpl, sedangkan jenis Gourmet  diatas 1000 mdpl, untuk kopi Luwak kopi hasil dari proses cerna dari binatang Luwak (Paradoxurus hermphrodirus), yang secara insting Luwak itu sendiri memilih kopi yang memiliki citarasa khas. Bulan ke 4 - 5 adalah musim panen kopi dan saat itu Luwak diberi makan kopi, dan dikeluarkan masih berbentuk kopi bersama kotorannya. Setelah melalui proses pencucian hingga sangrai (dimasak didalam tungku/mesin  dengan panas tertentu), sehingga kebersihan nya terjamin. Kelompok tani yang bekerja sama dengan PUM Netherlands Expert Coffe ini juga telah memilik Standar Mutu Biji Kopi serta telah menyandang '"Citarasa Tiga Terbaik se-Indonesia" sertifikasi dari Puslitkoka (Pusat Penelitian Kopi dan KakaoIndonesia), di Jember tahun 2011. Kopi seharga 25 ribu rupiah percangkir ini tidak terasa sudah habis. Konon jika beli dicafe-cafe harganya bisa mencapai 200 ribu rupiah percangkir. Kami bertanya ke mas Irfan, "apakah bisa melihat kandang luwaknya?". Beliaupun menyanggupi dengan syarat tidak boleh mengambil gambar dengan kamera saat didalam kandang. Letak kandang letaknya 300 meter dari tempat minum kopi tadi. Memasuki lahan yang dikelilingi tembok setinggi 3 meter, didalamnya ada bangunan lagi untuk menempatkan kandang Luwak. Sekitar 40 kandang berada didalam bangunan itu, satu kandang dengan luas 1,5 meter persegi terdapat satu ekor Luwak. Karena binatang yang sangat sensitif dan mudah stres, kandang tidak boleh kotor. Maka setiap pagi dan sore selalu dibersihkan. Disela-sela ceritanya mas Irfan, entah mengapa beliau memperbolehkan  mengambil gambar dengan kamera yang dibawa Neni, partner perjalanan saya. Setelah sebelumnya saya 'merayu' jika nantinya fotonya akan dipampang di blog dan secara tidak langsung menjadi ajang promosi untuk kopi uwak itu sendiri, hehe.. [caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="bersama mas Irfan sepulang dari kandang luwak"]
[/caption] Tak terasa 2 jam sudah kami disini, jam 9.30 berpamitan dengan mas Irfan dan mengucapkan terimakasih yang telah besedia 'menjamu', memberikan wawasan baru tentang salah satu komoditas yang membanggakan daerah ini dan Indonesia. *semua foto adalah dokumen pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun