Mohon tunggu...
Bing Sunyata
Bing Sunyata Mohon Tunggu... Teknisi - Male

Pekerja di sebuah industri percetakan kertas (packaging) Tanggal lahir yang tertera disini beda dengan yang di KTP, begitu juga dengan agama. :) Yang benar yang tertera disni. Mengapa KTP tidak dirubah ? Satu aja ..., malas kalau dipingpong.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Satu di Antara Lainnya (One From Many) (Hal.3)

9 Juli 2017   14:04 Diperbarui: 9 Juli 2017   14:11 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Halaman 2 ...

Mohon maaf juga, bila penulisan arbung (artikel bersambung) ini ... terkesan putus-'nyambung (terkait waktu penayangan tulisan). Disebabkan beberapa hal didalamnya berkaitan dengan masalah sejarah (berarti berdasarkan fakta), maka banyak hal harus dikonfirmasikan. Apalagi bila sejarah yang dimaksud tidak semata sejarah setempat (Indonesia), tetapi lebih luas lagi (dunia). Kiranya dapat dimaklumi. Kitanya sudah 'mikir panjang, tetapi kemudian harus merunut dari awal lagi untuk mengkonfirmasikan satu persatu faktor-faktor/fakta-fakta yang ada dalam pemikiran itu. Yang mana berbuntut pada pemikiran yang lebih ruwet dan panjang, ketika dalam proses itu kita menemukan banyak faktor/fakta lainnya. :D

...

Proses peng-idola-an yang berbuntut pada proses penyembahan, tidak terjadi secara merata pada seluruh kebudayaan yang ada. Pada kebudayaan-kebudayaan tertentu dimana proses transfer informasi (berkaitan dengan yang diidolakan beserta cara memaknai tradisi yang berlangsung untuk menghormatinya) berjalan dengan baik, proses penghormatan berjalan "tetap pada alurnya". 

Contoh mengenai "tetap pada alurnya" itu bisa kita lihat pada kasus penghormatan terhadap Dewi Sri. Disebabkan  bila ia dihormati dan disembah sedemikian tingginya, maka kita pun tak akan makan nasi.  Karena untuk makan nasi itu kita harus memperlakukan tanaman padi sedemikian rupanya. Yang mana bila itu (padi sebagai perwujudan Dewi Sri) merupakan sesembahan, perlakuan yang kita lakukan terhadap tanaman tersebut tentunya tidak dapat atau bukanlah sesuatu yang dapat dikatakan sebagai suatu hal yang baik dan benar. 

"Tetap pada alurnya" ini juga tak dapat ditampik bisa terjadi karena keberadaan faktor pengetahuan atau pernyataan/statement mengenai kesetaraan status antara manusia dengan mahluk hidup lainnya. Karena dengan adanya faktor itu tentunya menyebabkan timbulnya pemikiran ... bahwa tiada mahluk yang mempunyai status lebih tinggi dibanding dengan status yang dimiliki oleh mahluk hidup lainnya. "Karena tiada yang lebih tinggi, dengan sendirinya ... tiada satu atau dua dari keseluruhan mahluk yang ada patut untuk dijadikan sesembahan".  Ini patut untuk jadi tesis juga, 'nggak ? :D

Hal yang dikemukakan itu, bisa jadi mengundang berbagai pemikiran bermunculan saat peradaban manusia menjadi lebih maju. Manusia ... disebut sebagai mahluk yang berpikir. Ini yang dikemukakan oleh beberapa pakar (tentu dibalik pernyataan itu ada banyak fakta dan pemikiran didalamnya). Juga dapat dikatakan juga sebagai mahluk yang "belajar". Entah itu berasal dari proses pengalaman, pengamatan ataupun/dan pemikiran. Sebagai hasil dari proses itu adalah ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan itu terus bertambah/berkembang, hingga pada tahap dimana manusia pada suatu era/masa mengetahui mengenai keberadaan sistem "rantai makanan".

Bersambung ...

Peeeace 4 all

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun