Mohon tunggu...
Bing Sunyata
Bing Sunyata Mohon Tunggu... Teknisi - Male

Pekerja di sebuah industri percetakan kertas (packaging) Tanggal lahir yang tertera disini beda dengan yang di KTP, begitu juga dengan agama. :) Yang benar yang tertera disni. Mengapa KTP tidak dirubah ? Satu aja ..., malas kalau dipingpong.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Negari Para Bodhi dan Naga (Hal. 2)

28 Juli 2017   20:05 Diperbarui: 28 Juli 2017   20:14 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Halaman 1...

- Ada yang tanya, "Mengapa kok ada "in and out, gitu lho" ?"

Jawab .. Karena dalam cerita itu peserta dari tes bukan hanya berasal dari negara tempat tes itu dilaksanakan. Karena itu diterjemahkan. Dan dimungkinkan penerjemahnya sedang
kecapekan, sehingga agak uring-uringan ketika ada yang bertanya mengenai sesuatu yang dianggapnya sangat sederhana itu.

He he he ... mungkin ini sepele, tetapi bisa membuat cerita tampak hidup.

Belum lagi faktor emosi-nya, waktu terbaca. Ya, 'nggak ? :)

-  Ada yang bertanya, "Hayo, mengapa bila dikatakan bahwa dilarang untuk mengatakan persyaratan, lha kok kemudian malah dikatakan(dituliskan) dan disebar luaskan ?"
Jawab: Yeee..., itu khan berlaku bagi para peserta tes. Bukan untuk si penulis cerita.
:D
Uhmmm..., tetapi jangan dimasukkan pada kasus pembocoran soal ujian ya. Dunianya khan berbeda.
:D

...

Terukir dengan gurat-gurat tegas pada sebuah batu berwarna kuning kecoklatan, tegak tegar berdiri seukuran tinggi manusia dewasa, pada bagian tengah ruangan. Dalam temaramnya penerangan yang ada, sisi-sisi tajam dari batu dan tulisan itu terlihat disana-sini ada yang yang telah menghalus, mungkin disebabkan banyak yang menyentuhnya. Meski begitu tiada yang dapat menolak kesan natural yang timbul saat melihatnya. Seolah bukan manusia yang membuat tulisan itu, tetapi kekuatan alam tak terlihat sebagaimana yang biasa mengada pada gurat-gurat yang terjadi
pada sisi-sisi sebuah gunung/pegunungan sarat bebatuan.

Sepi dan hening terasa menyayat, detak jantung pun seakan dapat terdengar. Yang mana mengherankan bila mengetahui akan keramaian yang ada di luar bangunan. Entah terbuat dari apa tembok-tembok pembatas ruang itu. Meski begitu, sejenak kemudian keheningan itu akan terasa bagaikan suatu alat yang sangat dibutuhkan. Oh, tidak. Bahkan lebih dari itu. Laiknya air dingin yang diidamkan ketika rasa haus menerpa pada sebuah hari yang panas. Mengguyur lewat relung-relung yang ada, membawa pergi kotoran, sekaligus menabur berbagai benih dan juga mendinginkan pemikiran. 

Karena kedua persyaratan yang tampak/terdengar sederhana itu, tak urung membuat beberapa dari para peserta berpikir mengenainya hingga lamaaa... sekali. Bahkan ... karenanya tak jarang ada yang terpaksa keluar dari ruangan itu dengan dibantu oleh petugas, dalam keadaan telanjang bulat sambil berteriak-teriak marah tidak karuan. Entah apa yang telah terjadi dalam diri mereka. Dan entah, apakah mereka berteriak marah-marah karena menyangka dipaksa untuk keluar dari dalam ruangan. Tiada yang pernah tahu sebabnya, selain diri mereka sendiri, yang Di Atas, dan petugas-petugas penjaga. Dimana yang terakhir disebut, saat menatap raut muka dan tatapan mereka, kita akan tahu bahwa tiada sesuatu yang akan mereka ucapkan, meski sejuta tanya kita lontarkan padanya.  Dingin. Membekukan. Errr, tapi bukan seperti belagu sok cool, 'gitu. 

Namun ... sepertinya, itu tidak membuat ciut nyali dari para peserta lainnya. Entah apakah itu bisa disebut dengan  sindrom anti simpati berkolaborasi dengan sindrom anti empati dicampur bersama dengan kerasnya niatan. Meski tak jarang ada yang menatap yang gagal dan dalam kondisi seperti itu dengan penuh keheranan, ada beberapa yang menatapnya dengan raut muka penuh pengertian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun