Ada bayi 'nangis saat setelah ia dilahirkan oleh ibunya. Matanya dalam keadaan belum terbuka sepenuhnya, hingga tidaklah dapat dikatakan bahwa tindakannya menangis itu disebabkan karena ia telah melihat apa yang ada di luar rahim ibunya. Tangis itu bisa saja terjadi disebabkan karena itu adalah aksi naluriah. Ada yang bilang bahwa itu terjadi karena si bayi merasa hilangnya kenyamanan yang dirasakannya selama ia berada di dalam rahim. Ada juga yang mengatakan, terkait dunia medis, disebabkan itu membantu diri si bayi saat menghirup udara pertama kalinya.
Tetapi pada contoh kasus diatas, bukan itu yang akan dipertanyakan pada artikel ini.
Pertanyaannya (walau terdengar konyol :)) ... Siapa yang mengajari si bayi agar menangis ? Hayooo... :DÂ
Apakah di dalam rahim si ibu, ada tempat kursus menangis ?
Bila didalam rahim si ibu ternyata tidak didapati ada tempat kursus seperti itu, darimana si bayi mendapatkan pengetahuan mengenai itu ?
Ini kita bawa dalam lingkup yang lebih luas, akan kita dapati pula hal-hal serupa seperti itu. Terkait dengan bakat. Talenta. Yang dimiliki oleh seorang manusia. Dari tradisi yang ada pada jaman dahulu di pulau Jawa, kita dapati generasi pendahulu juga telah memikirkan masalah ini. Tradisi yang dimaksud adalah tradisi mudun lemah. Dimana ada satu bagian dari tradisi itu ketika si bayi diharapkan untuk mengambil salah satu barang yang disediakan, yang mana itu kemudian menjadi suatu simbol dari minat dan bakat "asli" dari si anak (yang mana pada umur segitu, masih belum "tercemar" oleh keruwetan duniawi). Itu tradisi di sekitar sini, jaman dahulu. Tradisi lain yang meski tidak dirupakan sebagai sebuah upacara adat adalah apa-apa yang harus dilakoni oleh kedua orang tuanya saat bayi itu berada dalam rahim. Cukup banyak mengenai keharusan ataupun pantangan yang harus dilakoni*.Â
*Tidak akan ditulis di artikel ini, disebabkan saya terbiasa untuk berupaya me-logika-kan sesuatu, sekalipun itu terdengar tidak logis. Dan proses seperti itu butuh waktu panjang. :)Â
Itu saja yang sempat saya temui. Masih belum tanya-tanya, apakah ada tradisi sejenis pada adat-budaya daerah lain. :)
Ada yang bilang bahwa bakat itu merupakan hasil dari sebuah proses. tetapi proses seperti apa yang dimaksud oleh orang yang mengatakannya. Kita dapati bahwa bila seorang seniman kawin dengan seniman pula, anaknya mempunyai kecenderungan untuk mewarisi "darah seni" dari orangtuanya. Meski itu belum tentu diwujudkan dalam jenis seni yang serupa dengan yang dijalani oleh kedua orang tuanya.Â
Terkait bidang lain, saya tidak dapat berkata banyak, disebabkan kondisi yang ada pada jaman sekarang, agak sulit untuk mengatakan apakah seseorang punya bakat dalam ilmu ekonomi, disebabkan karena kedua orangtuanya adalah ekonom, atau disebabkan karena ia mahir karena belajar secara teori dan praktek dengan dukungan kedua orangtuanya. Begitu pula dengan masalah politik. Tidak dapat dikatakan secara jelas apakah "darah biru" yang ditunjukkan dengan pola pikir dan perilaku, adalah disebabkan karena keturunan, ataukah hasil pendidikan dan interaksi seseorang dengan lingkungan sekitarnya.
Terkait bidang seni itu, dengan pengetahuan yang ada saat sekarang, diketahui bahwa otak kanan mempunyai peranan penting terkait kemampuan intuitif, kemampuan merasakan, memadukan, dan ekspresi tubuh, seperti menyanyi, menari, melukis, dan segala jenis kegiatan kreatif lainnya. Sedangkan pada bagian otak kiri diketahui mempunyai peranan penting bagi para musisi karena berkaitan dengan hitung menghitung (ritme).