Halaman 29 ...
Secara serempak keempatnya berdiri, dan mulai beranjak ke arah pintu. "Tidak secara bersamaan, bapak-bapak, ibu-ibu, harus satu persatu", Kila sontak menegur melihat apa yang mereka lakukan.
Bara menepuk dahinya sendiri. "Pasti ada sesuatu yang salah dengan apa yang kumakan kemarin", katanya sambil tersenyum tawar. Ia kemudian melambaikan tangan kepada Emily dan Lesti. "Ladies first...", ujarnya, sambil beranjak untuk duduk lagi.
"Uhmm, pada kesempatan lain, aku mungkin menerima tawaranmu, tetapi sepertinya tidak untuk saat ini", jawab Lesti. Sambil berkata demikian ia kemudian duduk di kursi di dekatnya, ia lalu mempersilahkan Emily.
Tetapi sembari beranjak duduk, Emily menggelengkan kepalanya, dan ia kemudian menoleh pada Parjo. Ia kemudian menunjuk Parjo dengan telunjuknya, dan kemudian berganti menunjuk pintu.
Parjo yang menyadari bahwa ia satu-satunya yang masih berdiri, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya ia pun berjalan menuju ke pintu itu. "Yes, mam...", katanya dengan nada menyerah. Dan saat ia berada di ambang pintu, ia mendadak membalikkan tubuh dan berlagak layaknya seekor hewan buas akan menerkam mangsanya. "Grrrrr....".
Ketiga rekannya tertawa melihat itu. Setelah itu Parjo kemudian berlalu, dan pintu itu kemudian secara otomatis menutup.
"Kita akan menunggu sekitar 5 menit, sebelum giliran berikutnya tiba", demikian Kila menerangkan.
...
"Apakah program interfaceyang ada pada Dewe, sama dengan program interface yang ada pada sebuah andoid ?", setelah hening sejenak, Bara kemudian bertanya pada Kila.
"Tidak seratus persen sama, disebabkan pada android ada program yang berjalan secara kontinyu dan otomatis*, yang berfungsi untuk menunjang kinerja dari android tersebut". "Yang mana program itu menjadi suatu hal yang membuat perbedaan antara sebuah Dewe dan android menjadi menyolok", Kila menjawab dengan memberikan suatu penjelasan.
* Terkait dengan program yang berjalan secara otomatis itu, jadi teringat dengan program antivirus dan semacamnya.:)