Halaman 24 ...
Bara menunduk pelan mendengar apa yang diucapkan Kila. Bulu kuduknya sedikit meremang saat itu. "Satu akibat dari entropi yang ada dalam kehidupan ?", ujarnya sembari menoleh pada Lesti.
"Satu akibat dari entropi yang ada dalam kehidupan", ulang rekannya itu pelan.
"Bahwa dari semula yang sederhana, perilaku sesuatu dalam sistim kehidupan menjadi semakin kompleks dan terus akan bertambah kompleks hingga semakin sulit terprediksi, akibat perubahan yang terjadi padanya", Parjo berkata dengan nada datar. "Meski sekian lama aku telah mempelajarinya dan kemudian mengetahui penerapan prinsip itu pada sistim sosial kemasyarakatan, baru kini aku benar-benar menyadari ... seberapa besar dampak dari entropi tersebut". "Para bedebah itu !", rutuknya.
Bara menoleh ke Parjo. Dilihatnya temannya itu kemudian terdiam seribu bahasa, menatap Kila dengan tatapan mata sendu dan tak percaya. Nuansa hangat riang dalam ruang itu telah berubah. Berasa dingin, tak lagi ramah. Setelah bergidik untuk mengusir ketaknyamanan, Bara memberanikan diri berkata. "Maafkan, kami telah menyela penjelasan yang kau berikan". "Kiranya kami sudah siap untuk mendengar hal berikutnya".
"Tak mengapa, itu memang sudah merupakan tugas saya untuk memberikan penjelasan kepada anda-anda semua", jawab Kila sambil sedikit membungkuk.
Melihat itu, rasa tak nyaman menjadi semakin menusuk pemikiran Bara. Ingin ia berkata sesuatu, tapi lidah berasa kelu. Ia hanya mengangguk pelan sebagai gantinya.
"Oh, ya, saya diberitahu bahwa kita akan berangkat dalam regu berisi lima orang". "Apakah anda tahu kemana gerangan satu orang yang lainnya ?", tanya Emily berupaya mencairkan suasana.
"Ia berada di stasiun angkasa 4, siap diberangkatkan, tinggal menunggu kedatangan anda-anda semua", jawab Kila setelah mengangguk pelan.Â
"Ia berada ... disana ?" "Dan bukan ... telah berangkat kesana ?", tanya Emily dengan penasaran.
Kila tampak berpikir sejenak sebelum menjawab. "Ya, ia selama ini berada disana, tidur dalam kapsul tidurnya".