Mohon tunggu...
Bima M
Bima M Mohon Tunggu... Administrasi - Seniman

Pernah pameran lukisan remaja, pemuda dan tingkat nasional. Pernah ikut lomba desain grafis, membuat skenario, kartun. Suka membuat cerpen dan puisi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anak Kecil Pembawa Payung

20 Februari 2017   15:48 Diperbarui: 20 Februari 2017   16:54 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saya melihat cuaca yang kian tiada menentu di Jakarta. Persiapan hendak berangkat ke tempat kerja yang dituju.Cuaca tiada lagi bersahabat. Ke luar rumah awan menunjukkan mendung kelabu. Apakah tanda tanda mau hujan.

            Cepat cepat bergegas mencari tukang ojek yang dapat mengantar sampai ke terminal. Saya menuju ke pangkalan ojek yang terdapat di tempat bawah pohon. Ada beberapa tukang ojek yang lagi memanggil untuk mau diantarkan sampai ke tempat tujuan.

            Bang mau ke terminal Pulo Gadung, tanya ku pada seorang tukang ojek. Tukang ojek tersebut mau mengantarkan setelah terjadi tawar menawar. Tukang ojek mengantarkan saya dengan sigap. Meliuk ke sana ke mari menghindari motor, mobil atau kendaraan umum.

            Sampailah saya ke terminal Pulo Gadung kemudian membayarnya. Saya pun segera menuju kendaraan umum yang mengantarkan ke arah Kota. Saya merasa senang dan bersyukur mendapat tempat duduk. Lebih lagi saya mendapatkan tempat duduk dekat jendela.

            Beberapa penumpang segera memasuki kendaraan umum. Mereka berebut untuk mendapatkan tempat duduk. Saya duduk urutan ke 4 (empat) dari depan. Ada kemungkinan memudahkan untuk keluar bila telah sampai.

            Sopir segera menghidupkan mesin kendaraan umum dan menunggu aba aba dari seorang kernet. Kernet segera memberikan isyarat agar segera menjalankannya. Kernet melihat sudah penuh para penumpang di dalam kendaraan umum. Banyak pula yang berdiri karena tidak mendapatkan tempat duduk.

            Kernet berjalan sambil meminta uang ongkos pada para penumpang satu persatu. Para penumpang memberikan uang ongkos pada kernet. Ada yang memberikan uang pas dan ada pula memberikan uang lebih. Penumpang memberikan uang lebih harus menunggu kembalian dari kernet.

            Perjalanan melalui daerah Senen yang melewati rel kereta api. Jalur kereta api cukup padat lalu lalang kereta api. Kereta api yang menuju Stasiun Senen maupun meninggallkan Stasiun Senen. Bunyi tanda kereta api yang akan lewat berupa suara yang keluar dari speaker. Demikian bunyi berbunyi segera palang pintu segera diturunkan. Palang ini dilakukan agar kendaraan pribadi atau umum tidak dapat melewatinya.

            Beberapa kereta api melewati rel kereta api baik yang menuju maupun meninggallkan Stasiun Kereta Api Senen. Palang pintu kereta api terangkat sehingga kendaran dapat melewati rel kereta api tersebut. Kendaraan umum yang bercampur dengan kendaraan lain seolah olah berlomba lomba saling mendahului. Perjalanan tak terasa melalui beberapa lampu lalu lintas.

            Hatiku terasa lega dan senang sesampai tempat kerja yang bertempat di daerah Kota. Saya keluar dari kendaraan umum dan membawa tas ransel. Tas ransel saya letakkan di belakang memudahkan untuk berjalan.

            Saya membuka pintu tempat kerja yang terletak di lantai 2 pada sebuah gedung perkantoran. Gedung ini berada di pinggir jalan. Beberapa teman satu ruangan saling memandang pada saya. Saya pun tersenyum pada mereka. “Selamat pagi semua, apa kabar”, tegur saya. Mereka pun turut membalasnya “pagi juga”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun