Mohon tunggu...
Bidan Care / Romana Tari
Bidan Care / Romana Tari Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Bidan Romana Tari [bidancare] Sahabat bagi perempuan dan keluarga, saling memperkaya informasi kaum perempuan dibidang kesehatan dan pengalaman sehari - hari dalam hidup,\r\n\r\nMari hidup sehat dan kreatif dalam hidup bersama bidancare

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Istriku, Maafkan Aku

27 Januari 2012   17:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:22 7918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pernikahanku boleh dibilang sangat meriah, maklum aku mantan pria idola pada masa mudaku waktu itu. Tak heran jika banyak teman yang hadir. Banyak ucapan selamat datang silih berganti. Tak terhitung kado yang bertumpuk di kamar pengantin. Istriku? Dia sangat cantik, malah mirip artis terkenal yang punya lagu alamat palsu. Ya jelas dong, aku kan ganteng wajarlah jika memperoleh wanita secantik istriku.

Dua tahun terus berjalan...Hm..istriku kog belum hamil juga ya? Ada apa dengannya? Aku optimis bahwa aku baik-baik saja. Tidak ada masalah. Aku sudah membuktikannya ketika masa laluku yang kelam SMU dulu, pernah menghamili tiga  mantan pacarku,sssst yang ini rahasia! hanya kuceritakan untukmu. Bagaimanapun juga istriku tetap harus yakin bahwa akulah pria terbaik dalam hidupnya. Setia, tidak neko-neko. Minuman keras  dan nyabu? ah tidak lagi, sudah bertobat, ke lokalisasi kadang- kadang sih. Ah itu juga masa lalu kok. Tidak penting - penting amat dikenang. Yang jelas aku sekarang dah jadi suami yang setia. Minimal sejak dua tahun lalu.

Istriku tidak cuma cantik tapi juga seksi. Ia kukenal  pertama waktu masih jadi penyanyi di salah satu kafe langgananku dulu. Bosan juga ya berduaan melulu dikamar ini, meskipun istriku cantik aku juga ingin ada bayi mungil dikamar ini. Hmm rasa kebapakanku kadang  menyindir, menusuk hati mengingatkan kesalahanku masa lalu. Beragam pertanyaan berkelebat di benakku. Mungkinkah aku dihukum Tuhan ya?, kemana anak - anakku yang tidak kuakui dulu? Periksa ke dokter, harus aku duluan? Ah tidak perlu. Hamil urusan perempuan. Aku hanya bagian menanam benih, jika tidak jadi yang salah ya perempuan bukan aku. Sekali lagi aku sangat percaya diri, survey membuktikan aku pernah menghamili tiga mantan pacarku. Ingat itu, aku baik - baik saja teman!

Kesimpulannya istriku yang kuminta periksa duluan, padahal kata dokternya mestinya aku periksa duluan. Istriku awalnya tampak ketakutan dan cemas. Kupeluk dan kucium, kuyakinkan tak akan mengubah cintaku apapun hasilnya. Benarkah? Aku cuma membatin sambil mencari jawabannya sendiri. Orangtuaku sudah ribuan kali menanyakan calon cucunya sampai telingaku sudah kebal. Mungkin orangtuaku juga mulai mencari jawabannya sendiri.

Hari itu aku ingat betul, wajah istriku pucat pasi saat keluar dari ruang dokter. Ada apa ini? Seperti tersengat listrik ribuan voltage saat ku dengar dokter mengatakan rahim istriku tidak memungkinkan untuk bisa hamil. Ada apa sebenarnya? Ternyata dia pernah mengalami kegagalan pengguguran kandungan dan perdarahan hebat hampir meninggal saat remaja, rahimnya infeksi berat dan menjadi mandul. Betapa teganya si cantik ini membohongiku selama bertahun - tahun, oh Tuhan mengapa jadi begini!

Aku nyaris gila, setiap hari aku mabuk- mabukan dan jarang pulang. Aku marah dengan istriku. Teganya dia bohong padaku. Tetapi pernikahan kami tak mungkin diceraikan. Aku hanya bisa membalas dengan menyakiti hatinya. Selingkuh sana, selingkuh sini. Dia tahu bahwa dia salah telah berbohong padaku. Maka dia juga tak pernah protes. Diam dan diam itu hukumanku untuknya, kami pisah ranjang, aku tidur di kamar lain kecuali bila ada mertuaku datang. Jujur aku sangat mencintainya tapi dibohongi membuatku sakit hati. Wajar kan kalau aku jadi semau gue seperti ini. Tiada hari tanpa minuman keras. Rumah tanggaku sudah seperti suasana padang pasir yang gersang dan panas.

Suatu hari aku terbaring pingsan di depan pintu karena mabuk berat. Istriku berusaha memapahku ke dalam rumah. Hari itu juga aku harus opname. Ternyata aku mengalami gangguan ginjal yang parah. Konsekuensinya aku harus cuci darah setiap  empat belas hari sekali. Seluruh harta kami perlahan habis terkuras, hingga kami tidak punya apa- apa lgi kecuali cincin pernikahan yang melekat di jari manis kami berdua. Istriku rela  bekerja keras untuk menambah penghasilan dan biaya berobatku.

Aku memang sakit hati dengan istriku, tapi aku tak ingin cincin kawin ini terlepas dari jari manis kami berdua. Dalam ketidak berdayaanku, aku seolah terbangun dari mimpi panjang yang buruk. Benarkah aku pria paling suci sedunia, paling baik sedunia?  Aku lupa bahwa aku juga punya masa lalu yang kelam. Hanya saja istriku tidak tahu. Istriku sudah berlutut seribu kali dihadapanku, tapi itu tidak juga menggoyahkan hatiku untuk mengampuninya, pria macam apa aku ini. Umurku kini sudah memasuki 50 tahun. Tak lagi setampan dulu dan uangpun sudah tak punya, badanku makin rapuh dan sakit- sakitan. Tetapi istriku tetap setia merawat aku, memandikan, menyuapi dan bekerja keras menebus resep dokter juga membiayai cuci darah setiap dua minggu.

Suatu malam, kupandangi wajah letih istriku yang tertidur dikursi samping tempat tidurku. Ah perlahan- lahan airmataku menetes, aku sudah lama tidak mencium keningnya, tidak memeluknya, aku tidak pernah lagi mengecup bibirnya, aku bahkan tidak pernah memperhatikan jika rambutnya kini telah berhias uban, aaachhh...istriku...ternyata aku telah menyia- nyiakan cintamu yang tulus dibalik kelemahanmu. Padahal aku tahu, dengan kecantikannmu bisa saja ia meninggalkan aku untuk berselingkuh dengan pria lain karena aku sering menyakiti hatinya dengan sengaja, tidak memberinya nafkah, bahkan tak pernah menyentuhnya lagi sudah bertahun tahun sejak keluar dari ruang praktek dokter itu.

Ya Allah maafkan hambamu ini, sudah berapa ribu batu kulemparkan padanya, ribuan kali aku merajamnya dengan kata- kata dan perlakuan kasarku, padahal aku tidak lebih suci dari dirinya....aku menangis sesenggukan. Aku berjuang untuk bangun dari pembaringan ingin memeluk tubuhnya yang kurus dan mengecup wajahnya yang tirus pucat itu. Namun tubuhku tak sanggup berdiri terlalu lama, aku tersungkur dihadapannya. Bibirku hanya mampu berbisik  dengan suara serak "Istriku maafkan ....aku sangat mencintaimu".

Istriku terkejut melihatku bangun dari tempat tidur dan berada di depannya, kami berpelukan tak ada satupun kata terucap dari bibirnya,larut dalam segumpal kebahagiaan yang masih tersisa di relung hati, hanya mata kami yang bicara. Cahaya cinta suci nan tulus kulihat berpendar indah dari matanya yang teduh. Ternyata cinta itu masih milik kita. Aku ingin cincin di jari manis kita tetap melingkar untuk selamanya...selamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun