Mohon tunggu...
Bhayu Parhendrojati
Bhayu Parhendrojati Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Selalu tenggelam dalam teknologi, manusia, alam, duniawi, macet, hayalan tinggi dan lalai namun selalu mengharap Ihdinashshirothol Mustaqiim..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pribumi Segera 'Hilang' dari Kota Besar?

29 Juni 2015   18:24 Diperbarui: 29 Juni 2015   18:39 7556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Gusuran Warga Pinangsia | merdeka.com

Melihat kebijakan dan polah pemimpin negeri ini pada 1 - 2 tahun terakhir ini memunculkan hipotesis yang sebenarnya dapat dihitung dan dikalkulasi secara empiris jika nantinya, 20-30 tahun dari saat ini, kota-kota besar di Indonesia akan hanya di isi oleh etnis (asing) tertentu, manusia bermental kapitalis dengan segala kelebihan-kelebihannya, yaitu pendidikan, teknologi, determinasi sosbudpol dan juga didukung dengan kepemilikkan modal yang tidak terbatas.

Benarkah ini akan terjadi, misalnya seperti Singapore yang dulu jelas mayoritas orang-orang melayu, lihatlah kini? Atau bahkan USA sendiri hampir seluruh tatanan hidupnya dikuasai oleh etnis tertentu bukan? Saya akan coba rekonstruksikan hal-hal tersebut dari sudut yang dapat sangat jelas (mudah) terlihat.

Pertama, pemerintah saat ini mulai menghilangkan manusia-manusia marginal yang hidup d ikalangan kumuh baik itu ilegal maupun legal ke rusun/ rusunawa dengan menggratiskan biaya tempat tinggal tersebut di waktu tertentu, namun selanjutnya akan diberikan pola sewa, dimana jika para manusia marginal tersebut pada akhirnya tidak dapat membayar sewa, maka selanjutnya dapat diduga, selanjutnya mereka akan sekali lagi terusir dari kediamannya, yang saat ini mendiami rusun-rusun, dan selanjutnya mereka akan dimigrasikan, baik ke desanya dan atau ke daerah terpencil lainnya.

Kenapa bisa seperti itu?
1. Karena pemerintah tidak menyiapkan jaring pengaman seandainya para miskin papa tidak dapat membayar sewa kecuali di usir dari rusun/ rusunawa secepatnya. Monggo di baca, "Bila 3 Bulan Tak Bayar Sewa, Penghuni Rusun Diusir".
2. Pemerintah pun tidak punya niat untuk melaksanakan mandat konstitusi UUD yang tertulis jika seluruh anak terlantar dan fakir miskin dipelihara oleh negara.
3. Pemerintah pun tak punya tanggungjawab untuk mendidik, memberikan pekerjaan dan memberikan upah yang layak bagi segenap rakyatnya tanpa terkecuali. Monggo jika anda semua punya alasan lainnya.

Kemudian siapa yang akan mengisi rusunawa yang kosong itu? Pastinya penduduk lokal (pribumi) yang masih belum mempunyai tempat tinggal, namun pastinya para pribumi lama kelamaan akan terus berkurang sehingga dapat diisi oleh penduduk lainnya yang belum tentu sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Kok saya sangat curiga tentang hal ini dengan sangat besar dan cenderung 'sinis'? Sangat jujur saya utarakan jika saya berbicara secara dialektis, karena lihatlah yang terjadi saat ini, ada kebijakkan yang sangat lucu, seperti pertukaran 10 juta penduduk di mana ini belum pernah saya lihat di negara manapun juga kecuali dalam skala yang sangat kecil saja (satuan atau di angka puluhan saja bukan?) dan masalah-masalah imigrasi yang 'clearly' sangat terlihat jika hal ini mengarah kepada akan 'menggusur' pribumi secara sangat perlahan-lahan dan 'halus' nan terorganisir, dimulai dari 'menggoyang' tempat tinggalnya yang selanjutnya akan 'dimainkan' melalui pekerjaannya. Untuk hal ini banyak sekali artikel pendukung, monggo dicari dan di baca secara mandiri.

Yang kedua, pemerintah saat ini mendukung dan (akan) mengijinkan kepemilikkan properti oleh orang asing dengan alasan persaingan regional. Walau hal ini jelaslah analogi yang tidak 'head-to-head' alias sangat pincang sekali. Misalnya saya ambil contoh Malaysia, dengan rasio pembiayaan perumahan Malaysia saat ini sudah mencapai 33,8 persen dari PDB dan Indonesia sendiri baru mencapai 3,4 persen .

Lagi, backlog atau kekurangan perumahan yang disebutkan masuk ke dalam persaingan negara-negara regional tersebut sangatlah kecil dibandingkan backlog perumahan yang terjadi di negeri ini pada saat ini. Layaknya, seperti mempertandingkan bayi 3 tahun yang baru bisa berjalan dan berlari ke sebuah 'Perlombaan Lari 10K' orang dewasa. Sudah dapat diprediksi apa yang akan terjadi terhadap pada para pribumi terkait hal ini? Pribumi akan beribu-ribu kali lebih sulit terhadap kepemilikkan rumah, karena pada saat ini pun para pribumi sudah sangat sulit untuk mendapatkan rumah yang layak secara tempat dan ukuran yang mendukung kreatifitas, baik secara pendidikan maupun profesional.

Ketiga dan yang paling penting, pemerintah saat ini punya kebijakkan membangun negeri ini secara masif dan membabi-buta! Kenapa saya bilang membabi buta? Karena pembangunan saat ini punya orientasi yang sangat kapitalis dan bersahabat dengan erat dengan para neo-imperialis, ini dijabarkan dengan baik oleh seorang Faisal Basri dalam artikel-artikelnya baru-baru ini. Monggo dicari dan dibaca lalu dicerna dan ambil kesimpulan dari data-data yang di tulisnya, salah satunya, "Jokowi Lebih Neolib Dibanding SBY".

Dan apa hubungannya tergusurnya pribumi dengan proyek yang membabi-buta? Banyak artikel yang menjelaskan pada kita semua jika proyek yang membabi-buta tersebut dikerjakan dengan kontrak yang selalu menguntungkan pihak pemberi modal, seperti didatangkannya pekerja dalam mengerjakkan proyek 'bilateral' tersebut dari negara pemberi modal, dan ini punya jumlah pekerja yang tidak sedikit bukan? Dan yang akan terjadi adalah proyek yang nyata-nyata memakan waktu multi-years berakibat jumlah pekerja asing terus-menerus meningkat, pula ditambah dengan administrasi kependudukan negeri ini yang kita sudah 'tahu sama tahu' masih jauh dari baik. Maka sudah dapat dipastikan, lambat namun pasti, negeri ini akan menggusur para kaum marginalnya jauh dari kota-kota besar di negeri ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun